ROTASI WUKU KURUWELUT
25-31 Januari 2015
|
Mandau di Kutai Barat, Warisan Budaya Nasional
Mpu Totok Brojodiningrat (berbaju hitam)
Padepokan Keris Brojodiningrat
bersama dengan Hari Supranoto, SH (Ketua Paguyuban Tosan Aji Pinang Sendawar; AJI GASAN)
dan Mpu Basuki T. Yuwono (berbaju putih) |
A. BATHARA WISNU DAN WUKU
KURUWELUT
Wuku Kuruwelut yang menaungi adalah Batara Wisnu, senopati perang para
dewata, pernah mengalahkan Prabu Watu Gunung tanpa menggunakan kesaktiannya,
tapi dengan kecerdikannya. Oleh karenanya, dalam konteks komunikasi individu
antar-wuku, orang yang dinaungi wuku Watugunung disarankan untuk berhati-hati
saat berpapasan dengan wuku Kuruwelut yang dipayungi oleh putra kelima Hyang
manikmaya ini.
Batara Wisnu berkahyangan/bersemayam di Untarasegara. Sering ngejawantah atau menjelma ke dunia untuk brastha watak angkoro budi candhala ambeg
siya (angkara murka) dengan cara menitis.
|
BATHARA WISNU
Simbol Wuku Kuruwelut |
Senjata yang dimiliki Bathara Wisnu berupa Cakra Baskara, yang titisannya
juga memiliki, kecuali Sang Rama Regawa. Bathara Wisnu juga memiliki pusaka sakti yang bisa
menghidupkan orang meninggal Sak Jabane
Pepesthen (mati sebelum waktunya) yang bernama Kembang Cangkok Wijayakusuma. Bathara Wisnu juga memiliki Aji Braholosewu yang amat nggegiri jika triwikrama (berubah wujud menjadi raksasa yang teramat besar). Saat
Batara Wisnu menitis sebagai Narayana/Krisna, ajian itu diberikan oleh gurunya
yang bernama Begawan Padmanaba yang sesungguhnya adalah Hyang Wisnu sendiri.
Batara Wisnu pernah menjelma sebagai Narasingha (manusia dengan berkepala
singa) ketika memusnahkan raja raksasa Prabu Hiranyakasipu. Ia menjelma menjadi
Matsa (ikan) untuk membinasakan
Hargagriwa yang berujud raksasa sakti. Juga pernah ber-Avatara dalam wujud Wimana
(orang kerdil) untuk membinasakan Ditya Bali.
Batara Wisnu identik dengan tunggangannya yaitu Garuda birawa bernama
Bhirawan. Karena sayangnya kepada Garuda titihannya, Bhirawan dijadikan menantu
dan dijodohkan dengan salah satu putrinya, yaitu Dewi Kastapi.
Didalam Purana, Batara Wisnu dikisahkan menjadi raja di Medangkamulan
dengan gelar Prabu Satmata, juga sebagai Raja Pinandita di Kadiri bergelar Sri
Aji Jayabaya yang kondang hingga sekarang dengan kitab Jongko Joyoboyo yang
disadur oleh seorang Putut dari Padepokan Tegal Sari dibumi Wengker, yaitu
Raden Mas Ngabehi Rongga Warsita.
B. ROTASI WUKU KURUWELUT
(Januari 2015)
Wuku Kuruwelut rotasinya dari tanggal 25 Januari (Minggu Wage) sampai
dengan tanggal 31 Januari 2015 (Sabtu Kliwon), sebagaimana diuraikan berikut.
Tanggal 25 Januari 2015 (Minggu Wage): Tidak baik untuk melakukan kegiatan
ataupun transaksi penting. Tetapi sangat baik untuk memasang tumbal sebagai
penolak bala dan menetralisir penyakit yang diakibatkan dari faktor “x” atau
non medis.
Tanggal 26 Januari 2015 (Senin Kliwon): Sifatnya Rahayu. Sangat baik untuk
memulai mencari Lokasi/lahan perumahan, hotel. Memulai menjalin kerjasama
bidang usaha apapun. Menyambung kembali tali persaudaraan yang terputus. Baik
untuk mencari jodoh. Individu yang
terlahir pada hari Senin Kliwon, wuku Kuruwelut tergolong Satriya Wirang (akan mendapatkan malu, walau bukan dari
perbuatannya sendiri)
Tanggal 27 Januari 2015 (Selasa Legi): Seyogyanya menghindari bepergian
untuk urusan bisnis yg penting, karena cenderung akan merugi bahkan celaka.
Tanggal 28 Januari 2015 (Rabu Paing): Tidak baik bepergian untuk urusan
penting. Cenderung banyak terjadi kecelakaan, harus lebih ditingkatkan
kewaspadaan dan tidak sembrono para pengguna jalan, dalam kurun ini atmosfir
metafisika bumi sedang acak dan berpengaruh pada penghuninya.
Tanggal 29 Januari 2015 (Kamis Pon): Rahayu atau baik. Untuk pasang tumbal
tempat usaha seperti hotel, toko, restoran dan kantor, akan sangat bagus dan cenderung
mendulang untung. Individu yg terlahir pada hari Kamis Pon, wuku Kuruwelut
masuk kategori Satriya Wirang (akan
mendapat malu, baik dari perbuatan sendiri atau dari perbuatan orang lain tapi
terkena imbasnya).
Tanggal 30 Januari 2015 (Jumat Wage): Rahayu untuk segala urusan dan
keperluan. Utamanya untuk membuat tumbal/syarat tempat usaha agar terhindar
dari malapetaka
Tanggal 31 Januari 2015 (Sabtu Kliwon): Hari Tali Wangke (menyandung bangkai/mayat), cenderung terjadi musibah
yg memakan banyak korban, berhati-hati dalam segala hal. Sebaiknya menghindari
untuk pernikahan, memulai membangun rumah atau suatu bangunan, boyongan/pindah
rumah, sebisa mungkin dihindari. Karena dampak jangka panjangnya akan terbukti.
Individu yg terlahir Satriya
Wirang, pada jaman dahulu dinetralisir energi Negatifnya dengan cara Ruwatan
Pawukon. Dijaman sekarangpun terkadang masih bisa dijumpai, walau sudah langka.
|
Suasana Ruwatan Pawukon
Padepokan Brojobuwono, Tahun 2014 |
C. PERTAUTAN WUKU KURUWELUT DAN
MANGSA
Wuku Kuruwelut akan mengakhiri rotasi mongso Kapitu (Wisa Kentar Ing
Maruta) dan menjelang masuk mongso Kawolu (Anjrah Jroning Kayun). Mongso
Kawolu, candrane:
"Anjrah Jroning
Kayun". Mangsane kucing
Gandhik, mangsane pari podho meteng lan akeh Uret. Bayi kang lahir ing mongso
iki watake sedhengan.
Artinya: Mekar semerbak dalam angan. Mongso ini musimnya kucing birahi,
hati para insan akan ditimpa terik kerinduan yang maha dahsyat kepada tambatan
jiwa, mewartakan gejolak jiwa yang tertawan rantai asmara tidak malu meneriakkan
kepada alam, seperti suara kucing kasmaran di lututnya subuh. Padi mulai
belajar bunting, banyak sekali hama ulat yang sulit di basmi. Bayi yang terlahir
pada mongso Kawolu perangainya cukupan.
D. TEKS NARATIF WUKU KURUWELUT
Wuku Kuruwelut, Dewa Bumi Hyang Batara Wisnu.
·
Kayunya: Parijata.
·
Burungnya: Sepahan. Halus budi pekertinya akan tetapi
sering dianggap salah, sering dirundung suasana nestapa. Sering selamat didalam
terjadinya marabahaya.
·
Celaka atau apesnya terkena senjata yang dilepas/peluru.
·
Selamatannya dengan kambing Tujah/Topong (kambing yang kaki
depannya warna bulunya putih).
·
Selawatnya 1 (satu) dinar emas.
·
Kala/halangan yang menghadang berada diatas menghadap ke
bawah. Selama tujuh hari didalam wuku Kuruwelut hati-hati jika menaiki sesuatu
yang tinggi, misal: tangga suatu bangunan dan lain sebagainya, bisa jatuh.
Teks Asli:
Wuku Kuruwelut: Dewane Hyang
Bathara Wisnu. Prayitna mantep ing karya. Ngagem Cakra pratandha yen prajurit.
Yen parentah panas kapareng ngarsa. Slamet , penggalihe resik, tan darbe toya,
gedhong neng ngarsa. Ngatokke kadunyane, pradhah nanging tan arju, geng budine,
akeh bejane. Kayu Parijatha, becik pinangkane luwih adi wicarane. Tansah
prihatin. Manuk Sepahan, kesit bebudene lembut barang karepe, sathithik
pangane. Candrane banyu banjir agung, dhadhalaken wicarane, nanging tan teyeng
wigati. Wah gagawa kathah. Kathah bilahine, susah mrih kinaniaya.
Tulak slamet ana menda Tujah,
tegese wedhus kang putih sikile ngarep. Slawate Samas, dungane slamet
kabula. Kuruwelut candrane kapas
agring, tegese bilahine kinaniaya ing durjana. Pangruwating bilahi tebu ireng 4
lonjor lan ambengan weton. Slawate wolung ketheng. Kala wuku neng Dhuwur pitung
ndina.
[editor: anom s putra]
Komentar
Posting Komentar
Konsultasi/diskusi lebih lanjut, silahkan posting di kolom komentar