WangSit

Wuku Sinta Minggu Pahing 23 Oktober 2022 Kolaborasi Bisnis Peternakan

Watugunung, gugur. Mitologi pawukon (astrology) kali ini akan membuka kembali pemaknaan atas rotasi waktu, karakter orang, dan karakter hari. Wuku Sinta adalah wuku (zodiac) pertama dalam siklus pawukon (astrology). Dalam urutan zodiak Yunani, Wuku Sinta setara dengan zodiak Aries yang menempati urutan pertama.

~ Manuskrip Pawukon ~

Masing-masing wuku juga mempunyai pasangan mitologis seperti halnya zodiak. Mitologi Yunani kuno menyatakan, zodiak Aries berpasangan dengan Dewa Ares, sedangkan mitologi pawukon memberikan gambar-gambar simbolik bahwa wuku Sinta berpasangan dengan Bathara Yamadipati. 

Untuk mengetahui tanggal kelahiran Anda termasuk dalam siklus Wuku Sinta atau tidak, Anda bisa menghitung sendiri melalui situs BabadBali.comData kelahiran Anda secara otomatis akan terkonversi pada wuku tertentu. 

Mitos Dewa Ares dan Bathara Yamadipati mempunyai kemiripan karakter yakni sama-sama berkarakter pencabut nyawa. Dewa Ares mencabut nyawa orang melalui pertempuran, sedangkan Bathara Yamadipati mencabut nyawa siapapun yang sudah tiba waktunya. 

Bathara Yamadipati

Dewa Ares adalah putra Zeus dan Hera. Dewa Ares adalah dewa perang dan merepresentasikan semangat juang dan kekerasan seseorang dalam pertempuran, sedangkan Bathara Yamadipati adalah bathara atau dewa pencabut nyawa, dewa penjaga neraka, dewa berwujud raksasa, dan merepresentasikan seseorang yang menghormati perempuan yang setia terhadap pasangannya (setelah Bathara Yamadipati mengalami kekecewaan dalam kisah cintanya di masa lalu).

"Bathara Yamadipati adalah putra dari Sang Hyang Ismaya (Semar) dengan Dewi Sanggani. Bathara Yamadipati merupakan raksasa dari golongan dewa yang dikenal dengan nama dewa kematian, hal itu dikarenakan Bathara Yamadipati mengemban tugas sebagai dewa pencabut nyawa dan dewa penjaga neraka. Bathara Yamadipati tinggal di Khayangan Hargadumilah bersama istrinya Dewi Mumpuni namun saat bertugas Bathara Yamadipati berada di Yamaloka (Neraka) dan dibantu oleh balatentaranya yaitu makhluk yang disebut Kingkara. Kingkara sendiri dalam pewayangan tidak digambarkan dalam rupa wayang, akan tetapi diceritakan Kingkara adalah balatentara penjaga neraka yang jumlahnya milyaran serta berfisik seperti siluman setengah manusia berwarna putih, bersayap, raut muka tanpa ekspresi dan yang paling gampang dikenali matanya hitam legam seluruhnya tanpa ada putih mata."   

"Di sisi lain, dewa kematian Batara Yamadipati memiliki kekecewaan terhadap kisah cintanya di masa lalu. Yamadipati kecewa dengan Dewi Mumpuni yang mengkhianati Yamadipati. Dewi Mumpuni berpaling dengan pemuda bernama Nagatatmala. Dikisahkan bahwa Bathara Guru memberi anugerah untuk Yamadipati berupa sebuah pernikahan dengan anaknya, Dewi Mumpuni. Oleh karenanya, Dewi Mumpuni tidak mencintai Yamadipati dan berpaling ke pemuda lain. Pengkhianatan yang dilakukan Dewi Mumpuni membuat Yamadipati berjanji akan memberikan anugerah bagi istri yang setia pada suaminya." (Diah Putri Maharani, Kajian Semiotika pada Pertunjukan Savitri oleh Teater Koma, 2022). 

Perbedaan simbol antara zodiak Aries dan wuku Sinta adalah zodiak Aries disimbolkan dengan Domba jantan berbulu emas, sedangkan wuku Sinta disimbolkan dengan wayang Dewi Sinta dan Bathara Yamadipat. Simbol zodiak dalam mitologi Yunani kuno berorientasi pada simbol hewan, sedangkan simbol wuku berorientasi pada kisah wayang purwa atau wayang kulit pertama dan tertua.

Pawukon secara otentik berawal dari gambar yang pernuh simbol. Gambar simbolik itu merangkum pola perhitungan matematika dan aritmatik tentang siklus hari yang ajeg, baik menurut kalender Jawa maupun kalender Bali. 

Perbedaannya adalah pemaknaan atas pawukon Jawa telah lepas dari ajaran agama, sepenuhnya bebas menjadi diskursus praktis, diskursus metafisika, diskursus wayang, dan bahkan diskursus filsafat. Sedangkan pawukon Bali atau disebut pewarigaan sangat terhubung dengan ajaran keagamaan Hindu-Bali, sehingga pawukon Bali (pewarigaan) digunakan dalam kehidupan upacara keagamaan dan kehidupan sehari-hari. 

Blog pawukon ini memilih untuk memaknai simbol-simbol gambar pawukon Jawa, merefleksikan pengetahuan wariga dari Bali, tetapi tidak terhubung mendalam dengan ajaran agama Hindu-Bali, sehingga simbol Bathara atau Dewa pada gambar pawukon Jawa ini lebih merujuk pada diskursus wayang daripada diskursus ajaran agama Hindu Bali. Dalam simbol pawukon dari Wuku Sinta Anda bisa menafsir posisi Dewi Sinta duduk-bersimpuh menghadap Bathara Yamadipati. 

Makna Simbol Zodiak atau Wuku Sinta

Tepat pada tanggal 23 Oktober ~ 29 Oktober 2022 lorong waktu telah membuka jalan baru bagi interaksi secara simbolik antara Dewi Sinta dan Bathara Yamadipati, yang mencipta alam bawah sadar manusia yang dipengaruhi oleh mitologi karakter Bathara.

Makna simbolis dari gambar Wuku Sinta tertuju pada dua alamat:

  • Pertama, simbol Wuku Sinta tertuju pada orang yang terlahir mulai dari hari Minggu Pahing sampai dengan Sabtu Pon yang berada dalam siklus Wuku Sinta
  • Kedua, simbol Wuku Sinta tertuju pada orang yang tertarik untuk merencanakan aktivitas tertentu setelah mempertimbangkan karakter hari dan menyadari pentingnya untuk melakukan tindakan komunikatif dengan orang lain.

Karakter Orang Kelahiran Zodiak atau Wuku Sinta

Orang yang terlahir pada wuku Sinta cenderung mempunyai karakter seperti mitos Dewi Sinta yang dipengaruhi oleh karakter Bathara Yamadipati. 

Pertama, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol Dewi Sinta duduk-bersimpuh di hadapan Bathara Yamadipati. Gambar ini menyiratkan secara simbolik bahwa karakter orang yang terlahir dalam rotasi wuku Sinta terserap dalam karakter Dewa kematian atau Dewa pencabut nyawa. Anda yang terlahir dalam rotasi wuku Sinta mempunyai kemampuan melalui ucapan maupun tindakan tertentu untuk untuk menghilangkan peluang, kesempatan, pekerjaan, posisi/kedudukan dan bahkan nyawa orang lain. Sikap Dewi Sinta duduk-bersimpuh di hadapan Bathara Yamadipati menyiratkan bahwa meskipun karakter Anda tega dan tegas seperti Bathara Yamadipati, karena pengalaman-psikis pernah ditolak cinta, maka alam bawah sadar Anda justru menghormati perempuan yang setia pada pasangannya.

Kedua, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol pohon di belakang Dewi Sinta. Pohon ini dinamakan secara simbolis: kayu Gendhayakan. Entah sebutan apa yang tepat untuk pohon Gendhayakan ini dalam ilmu pengetahuan biologi dan botani. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir pada Wuku Sinta mampu menjadi pelindung bagi orang yang sedang menderita penyakit. 

Ketiga, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol burung gagak hitam. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai kepekaan terhadap wangsit atau pertanda alam.  

Dewi Sinta dan Bathara Yamadipati

Keempat, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat posisi Bathara Yamadipati yang bersanding dengan bangunan gedung (gedhong) kecil di kakinya (pada versi gambar pawukon lain, gambar gedhong digantikan oleh gambar mirip cawan emas). Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta cenderung menunjukkan keberhasilan atas pencapaian kerja, aset atau harta lainnya.

Kelima, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat umbul-umbul yang dipegang oleh Bathara Yamadipati. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai kemuliaan dalam hidupnya.

Keenam, gambar pawukon Wuku Sinta diinterpretasi secara populer dengan pemaknaan Wulan Karahinan. Situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat memaknai istilah Wulan Karahinan sebagai bulan yang masih nampak di siang hari. Gambar Wuku Sinta nampak seolah berada dalam suasana siang hari dan Dewi Sinta bagaikan bulan di siang hari. Makna simboliknya adalah, orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai tekad yang kuat dan pantang menyerah (kenceng budine ora bisa sareh). Anda bisa mendengarkan lagu Gendhing Wulan Karahinan yang dibunyikan dengan menggunakan gangsa atau gamelan Kanjeng Kiai Madumurti pada situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ketujuh, gambar pawukon Wuku Sinta diinterpretasi secara populer dengan pemaknaan bilahine setengah tuwa. Istilah "bilahi" bersumber dari bahasa Sansekerta yang artinya "halangan" atau "aral melintang". Kisah mitologi Dewi Sinta pada usia paruh baya mengalami dilema. Dewi Sinta baru mengetahui bahwa Watugunung yang menjadi suaminya ternyata adalah anaknya sendiri yang pernah ia pukul memakai alat pengaduk nasi karena Watugunung hobinya makan (rakus) di masa kecil dan minggat dari rumah, setelah dipukul ibunya sendiri. Dewi Sinta berusaha keras menghentikan dilema perkawinan sedarah (incest) dengan anaknya, Watugunung, dengan cara meminta Watugunung menikah lagi dengan bidadari. Solusi yang ditawarkan Dewi Sinta pun dilematis karena Watugunung patuh melaksanakan permintaan poligami itu, tetapi tindakan Watugunung memicu perang dengan para Bathara. Makna simbolis secara keseluruhan adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mengalami krisis dalam kehidupan percintaan, setali tiga uang dengan kisah percintaan Bathara Yamadipati yang gagal menikahi anak Bathara Guru karena mungkin Bathara Yamadipati kurang ganteng dan glowing seperti artis Korea yang rajin operasi plastik.

Sang Pemangsa Waktu dan Karakter 7 (Tujuh) Hari Wuku Sinta

Masing-masing wuku (zodiak) dalam Pawukon (astrologi) mempunyai perlambang Bathara Kala sebagai Sang Pemangsa Waktu. Disingkat "Kala". Gambar pawukon Wuku Sinta menyediakan simbol Kala yang terletak di pojok kanan atas dalam gambar wuku. 

Di dalam gambar perjalanan hari Wuku Sinta terdapat simbol-simbol 7 (tujuh) hari dalam rotasi Wuku Sinta, dimulai berturut-turut sejak hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at dan Sabtu. 

Sang "Kala" dan Karakter Hari

Makna simbolik dari gambar Karakter Hari dapat menjadi inspirasi atau panduan merencanakan aktivitas oleh orang yang terlahir dalam Wuku Sinta maupun tidak, sedangkan gambar Sang Pemakan Waktu (gambar raksasa Bathara Kala) hanya digunakan oleh orang yang terlahir dalam Wuku Sinta sebagai pengingat dalam menjalani hari Minggu Pahing sampai dengan Sabtu Pon.

Posisi "Kala" berada di Timur Laut. Orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mewaspadai perjalanan jauh ke arah Timur Laut. Renungkan ulang perjalanan jauh Anda. Gambar "Kala" dengan wajah biru tua, pada bagian pojok kanan atas, merupakan simbol arah perjalanan jauh yang sebaiknya dihindari atau ditunda selama tujuh hari berjalannya wuku (pitung dina aja marani prenahing kala). Ibarat Anda berjalan menemui simbol raksasa Bathara Kala berwajah biru. Teks pawukon menafsirkan simbol gambar ini dengan ungkapan "arah perjalanan yang dihindari adalah perjalanan menuju Timur Laut, menghadap Barat Daya" (jabung kala ana lor wetan madhep ngidul ngulon). 

Pesan-pesan simbolis ini mungkin belum tentu benar-secara-empirik, sehingga memerlukan interpretasi berdasar pengalaman hidup dari orang yang terlahir dalam Wuku Sinta. Pada tanggal 23-29 Oktober 2022 orang yang terlahir dalam Wuku Sinta disarankan menghindari perjalanan jauh menuju Timur Laut.

Karakter Hari Minggu Pahing, 23 Oktober 2022

Simbol gambar dari hari Minggu Pahing adalah batu hitam (dangu) dan tangkai daun (tungle).

Makna untuk Orang yang terlahir dalam Wuku Sinta. Orang yang terlahir Minggu Pahing Wuku Sinta berkarakter keras sekeras batu hitam (dangu). Ia tegas dalam mengambil keputusan seperti memilah antara terang dan gelap. Selain itu, orang yang terlahir Minggu Pahing Wuku Sinta cenderung mungkin melakukan kebohongan (disimbolkan oleh tangkai daun atau tungle), entah bohong demi kebaikan atau menutupi suatu peristiwa, sehingga orang yang terlahir Minggu Pahing Wuku Sinta disarankan bijak dalam berpikir, berkata dan bertindak. Karena hasil dari kebohongan tidak akan berumur lama dan traumatis ketika mengingat kebohongan itu. Mitos Dewi Sinta mengisyaratkan suatu sikap tegas dan berani bohong untuk memutus mata rantai perkawinan sedarah, dan siap memasuki nirwana menghadap Bathara Yamadipati yang akan tegas mencabut nyawanya. 

Makna untuk Orang yang tidak terlahir dalam Wuku Sinta. Anda dapat mengambil keputusan dengan tegas, kebohongan hanya dilakukan sementara untuk menjalani kebaikan.

Rencana Aktivitas 

Pawukon Jawa dan Pawukon Bali dapat menjadi inspirasi untuk merencanakan aktivitas pada hari Minggu Pahing Wuku Sinta, tanggal 23 Oktober 2022.

  • Dwiwara (Menga). Anda melakukan kegiatan komunikatif bersama orang lain. Menangkan pendengaran orang lain, seimbangkan dengan kata hati.
  • Triwara (Pasah/Dora). Anda melakukan kegiatan untuk merencanakan masa depan, tidak mengungkit masa lampau, baik melalui perbincangan informal maupun rapat/musyawarah. Aktivitas perdagangan dengan pembayaran berjangka menengah atau panjang terbuka peluangnya untuk dimulai segera.
  • Caturwara (Bathara Sri). Anda dapat bisnis pertanian, peternakan, tapi kurang tepat untuk mengolah kayu karena serat akan menguat dan logam akan aus dan tumpul.
  • Pancawara (Pahing). Bagaikan spirit harimau Anda menjelajah wilayah untuk mencari peluang perdagangan, pertanian dan/atau peternakan.
  • Sadwara (Tungle). Bijak dalam berpikir, berkata dan bertindak meskipun berbohong demi kebaikan tidak dapat dihindarkan.
  • Sangawara (Dangu). Mengambil keputusan dengan tegas atas berbagai masalah, situasi dan peluang yang ada.
  • Dasawara (Sri). Memberi suatu peluang, barang dan/atau uang kepada orang, organisasi, atau institusi lainnya.
  • Ingkel (Wong). Jangan menyakiti orang lain meskipun keputusan Anda tegas.
  • Jejepan (Mina). Hari ini mungkin Anda mengurangi makan ikan supaya tetap sehat, dan juga jangan menyiksa ikan.
  • Lintang (Gajah). Sembunyikan perasaan yang sebenarnya, tetap tenang seperti Gajah, meskipun Anda bersikeras terhadap keputusan dan pendapat Anda.
  • Watek Madya - Watek Alit (Suku-Gajah). Anda mungkin suka bepergian dalam bekerja tetapi perhitungkan bahwa pekerjaan itu berdampak pada kerusakan hubungan sosial atau kerugian atau sebaliknya.
  • Pancasuda (Wasesa Segara). Nyatakan sikap Anda ketika berkomunikasi dengan orang lain bahwa Anda adalah orang yang pemurah, pemaaf, berwibawa dan bertanggungjawab seperti laut yang tak berbatas.
  • Paarasan (Lakuning Rembulan). Nyatakan sikap Anda ketika berkomunikasi dengan orang lain bahwa Anda adalah orang yang simpatik bagi semua orang seperti bulan yang menarik perhatian manusia dan serigala sekalipun.
  • Rakam (Nuju Pati). Bila Anda terpaksa untuk segera mengambil keputusan dan sedang terpenjara situasi penuh kebohongan, maka sebaiknya istirahat terlebih dahulu karena akan berpengaruh pada kondisi fisik yang mudah sakit.

Seluruh rencana aktivitas ini bebas untuk Anda refleksikan sendiri dan selanjutnya dikonkretkan dalam tindakan komunikatif bersama orang lain. Nalar pawukon mayoritas menghasilkan rencana-rencana usaha berskala Desa dan perdesaan karena ilmu pengetahuan astrologi-pawukon ini lahir dari nalar Desa. 

Salah satu pesan utama dari Wuku Sinta Minggu Pahing ini adalah Anda membuat rencana aktivitas untuk mengambil keputusan secara komunikatif dan tegas mengenai kolaborasi bisnis atau usaha peternakan antara Desa, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan dunia global.*



Komentar

Baca Juga:

Minggu Wuku Warigagung (21-27 Juni 2015): Netralisir Enerji Negatif, Membuat Pusaka, dan Perburuan Batu Mulia

Minggu Wuku Kurantil, 24-30 Mei 2015, Kehati-hatian Berniaga, Antisipasi "Nuju Pati"

Wuku Prangbakat Tanggal 4-10 September 2022 Ketahanan Pangan

Minggu/Wuku Julung Pujud, 9-15 Agustus 2015: Kehati-hatian Menyusun Strategi Politik

Minggu Wuku Warigalit, 14-20 Juni 2015, Berburu Batu Akik dan Tirakat "Pilkada"

Minggu WUKU KURUWELUT (25-31 Januari 2015): SATRIA WIRANG dan TALI WANGKE: 25-31 Januari 2015

Minggu WUKU PAHANG DAN FILOSOFI KERIS, 18-24 Januari 2015

Minggu/Wuku Pahang 16-22 Agustus 2015: Pasangan Ideal dalam Pilkada (Pahang, Wugu dan Gumbreg)

Minggu Wuku Sinta, 3-9 Mei 2015, Membuka Peternakan Skala Besar