|
Mpu Totok Brojodiningrat (berbaju hitam)
Acara Peluncuran Buku "Kujang", Gedung Indonesia Menggugat
Bandung, Jawa Barat |
A. Kisah Generasi Paripurna
Wuku Julung Pujud, dewa yang mempengaruhi adalah Batara Guritna. Dalam versi Redisutan, Batara Guritna adalah Spirit/jiwa dari Jabang Tetuka, Koconagoro, Purbaya, yang proses berkembang dan dewasanya digembleng di pusat pendadaran bernama Kawah Candradimuka.
Kawah Candradimuka secara simbolik merupakan inti dari lelehan pijarnya magma untuk membentuk sebuah generasi baru yang mumpuni. Generasi baru ini mempunyai sikap mental yang gagah berani, tangguh, tanggon dan memiliki sifat tanggung jawab tinggi. Ibarat ber-otot kawat balung wesi (otot kawat, tulang besi), sungsum gegolo (sungsum inti nuklir). Sosok generasi yang mampu terbang menggapai langit lazuardi dan membelah mega-mega yang merangkak di cakrawala.
|
Bathara Guritna,
Simbol Wuku Julung Pujud |
Tubuh generasi yang memancarkan medan energi dahsyat tiada tara untuk menetralisir panas dan curah derasnya air hujan, karena limambaran pusaka sakti berupa baju atau Kutang Antakusuma dan Caping Basunando. Bahkan sang generasi itu mampu melanglang buwana (dunia) dan segala medan, tanpa terdeteksi oleh radar lawan. Ibarat "Kayu aeng, Lemah sangar dadi towo", karena ia memiliki Kasut podo kacarmo, yaitu sepatu yang tercipta dari kulit penjaga bumi berwujud naga bernama Sang Hyang Ananta Kusuma.
Namun, generasi paripurna ini harus lebih awal gugur sebagai kusuma bangsa. Lantaran dijadikan tumbal atau tameng hidup oleh titisan Wisnu Batara. Ini terjadi dalam situasi langkah penyelamatan terhadap Arjuna dari senjata pamungkas yang bernama panah Kunta Wijayandanu. Senjata pamungkas itu dilepas oleh Surya Putra/Karna Basusena dalam perang suci antara Darma dengan Adarma di padang Kuru Kasetra nan angker.
Bathara Guritna telah mempersiapkan generasi berikutnya, putranya, yaitu Sasikirana. Ibarat persalinan atau melahirkan, sekecil apapun harus berdarah darah, maka Bathara Guritna itulah yang berdarah tumbal untuk menghantarkan Sang Sasikirana.
B. Karakter Hari dalam Minggu/Wuku Julung Pujud
Tanggal 9 Agustus 2015 (Minggu Kliwon): Saat yang sangat baik untuk menjalin tali persaudaraan, akan erat dan saling menguntungkan. Untuk membangun hubungan kerja sangat baik, melakukan kerjasama dalam bisnis dan politik cenderung membawa dampak yang baik bagi pelbagai pihak. Untuk memulai suatu pekerjaan besar seperti proyek dan lain sebagainya seyogyanya hati-hati, karena hari ini bertepatan dengan Lebu Katiyub Angin (debu yang tertiup angin topan). Bisa muspro atau sia-sia perjuangannya.
|
Karakter Hari dan Posisi Kala
Minggu/Wuku Julung Pujud
|
Tanggal 10 Agustus 2015 (Senen Legi): Hari ini sangat bagus untuk upaya membebaskan orang yang terbelenggu atau pembelaan bagi orang yang terkena urusan hukum. Untuk mencari jodoh atau teman hidup cepat dapat. Untuk urusan perekrutan tenaga kerja baik.
Tanggal 11 Agustus 2015 (Selasa Paing): Sangat baik untuk memasang perangkat/perabot pusaka, seperti memasang tombak pada landeyan/tangkai. Memasang hulu/handel pada keris. Untuk melakukan perjalanan dalam rangka berniaga baik. Kegiatan yang lain seyogyanya lebih hati-hati, hari ini bertepatan dengan Satriya Wirang (mendapat malu/dipermalukan).
Tanggal 12 Agustus 2015 (Rabo Pon): Sangat baik untuk Njamasi pusaka, seperti keris, tombak. Baik sekali untuk membuatkan warangka pusaka, seperti keris, tombak dan pusaka-pusaka lainnya.
Tanggal 13 Agustus 2015 (Kamis Wage): Untuk bepergian urusan penting tidak baik, begitu juga untuk kegiatan kegiatan penting lainnya, banyak Sambikolo/halangan.
Tanggal 14 Agustus 2015 (Jum'at Kliwon): Tidak baik untuk merencanakan sesuatu yang besar, tidak baik untuk menyusun sebuah strategi penting, karena dikemudian hari akan membawa bencana. Terlebih menyusun strategi dalam politik, akan menuai bencana pada waktunya kelak.
Tanggal 15 Agustus 2015 (Sabtu Legi): Rahayu. Sangat baik untuk menyimpan padi di lumbung/gudang. Memulai membuka usaha pangan atau kebutuhan bahan pokok. Baik untuk investasi atau menanam modal.
Individu yang terlahir pada kategori Lebu Katiyup Angin dan Satriyo Wirang, sebaiknya diruwat Pawukon untuk mentralisir energi negatif yang menyelimutinya serta menimbulkan kesadaran baru atas diri, keluarga, profesi dan masa depannya.
C. Pranata Mangsa dan Wuku Julung Pujud
Pranoto mongso Wuku Julung Pujud, pada bulan Agustus 2015, berada didalam rotasi Mongso Karo.
Candrane Mongso: "Bantolo Rengko" mangsane lemah nelo, wit randu wiwit pradopo semi. Bayi lahir mongso iki watakke crobo.
Artinya: Tanah dan sawah retak retak, karena terpanggang panas teriknya sang surya. Pohon randu belum beranjak penuh dari rontok daunnya. Dibarengi dengan kerontangnya tanaman padi yang kekurangan air dibanyak titik di sudut bumi pertiwi (gagal panen). Banyak sumber air Asat/kering. Bayi yang terlahir di mongso ini cenderung berwatak ceroboh (sembrono)
Salah satu solusi spiritualitas yang diwariskan leluhur Nusantara adalah ruwatan pawukon terhadap bayi yang terlahir dalam situasi pranoto mongso karo, wuku Julung Pujud.
D. Karakter Individu Terlahir dalam Minggu/Wuku Julung Pujud
|
Ilustrasi: Manuskrip Pawukon
Sumber: Museum Brojobuwono, Karanganyar, Jateng |
Wuku Julung Pujud: dewanya Batara Guritno.
Kayunya: Rembuyut, indah dalam pandangan mata, banyak orang mencarinya walau tidak berbunga.
Burungnya: Emprit Tondang. Wataknya dekat dengan keberuntungan, menjadi buah bibir yang baik.
Julung Pujud Lengkowo. Artinya, bisa menyenangkan hati banyak orang.
Bilahi atau celakanya: Jika ditenung atau kena guna-guna.
Kala/apesnya berada di Barat laut menghadap tenggara. Individu yang terlahir pada saat rotasi wuku Julung Pujud, selama 7 (tujuh hari), mulai hari Minggu sampai Sabtu sebaiknya menghindari perjalanan ke arah Barat Laut.
E. Keris dan Wuku Julung Pujud
Keris yang cocok bagi individu yang ber-Wuku Julung Pujud adalah keris keluk (Luk), yaitu dhapur Sabuk Inten, Sabuk Tampar, Carang Soka dan dhapur Pandawa Lare, Pandawa Cinarita.
Komentar
Posting Komentar
Konsultasi/diskusi lebih lanjut, silahkan posting di kolom komentar