, segala kegiatan akan menjadi sandungan dikelak kemudian hari.
untuk melakukan perjalanan penting, banyak halangan, cenderung akan kena tuduh hal yang tidak baik.
. Tidak baik bepergian urusan penting. Disamping banyak aral melintang juga usahanya Muspro (sia sia), seperti debu yang tertiyup angin lesus. Dan bisa menuai celaka.
, Tidak baik untuk Mantu/pernikahan. Memulai mendirikan rumah atau bangunan, tempat usaha, hotel dan lain sebagainya.
.
. Baik untuk memulai beternak ayam, sejenis unggas.
untuk membongkar bangunan yang sudah tidak lagi dimanfaatkan. Akan tetapi
untuk melakukan perjalanan penting.
untuk segala pengobatan penyakit yang sulit untuk diobati. Orang yang lama menderita sakit akan cenderung mendapat kesembuhan kembali jika diupayakan usaha/pengobatan pada hari ini.
Wuku Pahang, dewanya Batara Tantra.
Kayunya: Pohon Gendayakan. Bisa menjadi pelindung orang yang
nandang sakit.
Burungnya: Cocak. Banyak dan mudah mengeluarkan pernyataan. Mempunyai kedudukan atau jabatan. Ikhlas terhadap harta benda miliknya. Ucapannya sering memanaskan telinga orang yang mendengarkan.
Pahang ora pinuju ngati, artinya punya watak iri hati.
Celakanya: dianiaya.
Kolo/apes: di Selatan menghadap Utara. Selama tujuh hari jangan mengadakan perjalanan jauh ke arah Selatan.
Keris dan Wuku Pahang
Keris yang cocok untuk Pahang, antara lain: Keris dapur Jalak Ngore, keris dapur Jalak Sangu Tumpeng, keris dapur Jalak Dingding/Jinjing, keris dapur Jalak Tilam Sari, keris dapur Condong Campur, keris dapur Panimbal.
Wuku Pahang, dibawah pengaruh Hyang Tantra. Begitu kuatnya nilai-nilai roh Batara Tantra ini sehingga di belahan bumi tumbuh subur aliran semacam Tantrayana, Tantra Bhairawa dan sebagainya. Leluhur Nusantara tidak sedikit yang gandrung akan aliran Bathara Tantra.
Di candi Sukuh, tepatnya pada suatu tempat yang sangat erotis, sebelah barat kaki gunung Udayadri (jaman sekarang lebih masyhur dikenal dengan nama Gunung Lawu), terdapat sebuah relief. Relief itu menggambarkan suasana didalam besalen (tempat membuat keris) yang bangunannya berbentuk Limasan Gigir Kebo.
|
Relief di Candi Sukuh |
Di dalam relief terdapat gambaran seorang Mpu dimana ia disertai seorang panjak (tukang ububan) dengan posisi berdiri dengan satu kaki. Posisi berdiri satu kaki itu menggambarkan salah satu sikap yoga Hyang Tantra. Sorot mata sang Mpu terlihat Jatmiko (tajam penuh wibawa) ketika ia sedang menempa keris dengan Paron Dhengkul (lutut sebagai ganti landasan besi tempa), dengan ageman/atribut yg masing masing mengirim pesan kepada manusia di bumi sebagai berikut.
Sosok Mpu dengan model rambut
Hagegelung Minangkoro cinandhi renggo (wus datan keweran dununging panembah marang sesembahan jati) artinya: sudah tidak ragu lagi akan penyatuan terhadap Tuhannya (manunggaling kawulo Gusti) atau bersatunya antara kehendak Yang Disembah dengan Yang Menyembah.
Ditengah antara kedua alis memakai
Pupuk Emas Rineka Jaroting Asem (budine ngrawit pindho jaroting asem). Maknanya: manusia harus halus budinya melebihi lembut dan rumitnya serat buah asam.
Di telinga menyelipkan
Sumping Pudhak Sinumpet (pinter api api balilu). Maknanya: sebenarnya cerdas tapi tidak menampakkan kecerdasannya. Berbeda dengan kondisi mental pada umumnya manusia di jaman sekarang, seperti diingatkan dalam Serat Wedatama:
Durung Besus Kasusu Kaselak Besus (belum bisa apa-apa, tapi terburu-buru ingin terlihat pintar);
Ditangannya memakai
Kelat Bau Rineka Balibar Manggis Binelah Tekan Kendhagane (Njobo njero podho). Maknanya: antara ucapan dan tindakan selaras (sabdo pandhito ratu), jika berucap bisa dipegang ucapannya, bukannya esuk tempe sore dhele (lain sekarang, lain nanti kenyataan ucapannya).
Memakai kalung
Sangsangan Nogo Bondo, dari arah kanan ke kiri (
yen prang campuh mundure yen wus prapteng lampus). Maknanya: jika sudah mempunyai kesanggupan didalam sebuah perjuangan untuk bangsa, maka tidak akan pernah mundur sejengkalpun, mundur jika sudah berkalang ibu pertiwi.
Memakai
Kampuh Poleng Bang Bintulu, Abang, Ireng, Kuning, Putih (memakai kain poleng merah, hitam, kuning, putih). Maknanya: meletakkan nafsunya dibawah perut atau diluar tubuhnya, yaitu bukan ditunggangi oleh nafsu Amarah, Aluamah, Supiah, Mutmainah, akan tetapi mampu menyetir dan menunggangi 4 (empat) nafsu yg melekat pada setiap individu yang memang merupakan anasir 4 (empat) asal muasal badan wadag manusia. Adapun nafsu empat tadi selalu menyeret manusia kepada:
a. Abang/Api kepada nafsu amarah, emosi;
b. Ireng/Tanah kepada Aluamah, urusan perut;
c. Kuning/Air kepada nafsu Supiah, urusan birahi; dan
d. Putih/Udara kepada nafsu Mutmainah, hal spiritual yang jika berlebihan (over) akan menimbulkan pamer (riya').
Begitu kentalnya spirit yang ditebarkan Hyang Tantra pada kehidupan umat manusia yang mampu diserap oleh leluhur kita. Utamanya para Mpu keris di jaman dahulu menitipkan pesan filosofisnya lewat maha karyanya, yaitu keris.***
Komentar
Posting Komentar
Konsultasi/diskusi lebih lanjut, silahkan posting di kolom komentar