WangSit

Wuku Sinta Minggu Pahing 23 Oktober 2022 Kolaborasi Bisnis Peternakan

Gambar
Watugunung, gugur. Mitologi pawukon ( astrology ) kali ini akan membuka kembali pemaknaan atas rotasi waktu, karakter orang, dan karakter hari . Wuku Sinta adalah wuku ( zodiac ) pertama dalam siklus pawukon ( astrology ). Dalam urutan zodiak Yunani,  Wuku Sinta  setara dengan zodiak  Aries  yang menempati urutan pertama. ~ Manuskrip Pawukon ~ Masing-masing wuku juga mempunyai pasangan mitologis seperti halnya zodiak. Mitologi Yunani kuno menyatakan, zodiak Aries berpasangan dengan Dewa Ares, sedangkan mitologi pawukon memberikan gambar-gambar simbolik bahwa wuku Sinta berpasangan dengan Bathara Yamadipati.  Untuk mengetahui tanggal kelahiran Anda termasuk dalam siklus Wuku Sinta atau tidak, Anda bisa menghitung sendiri melalui situs  BabadBali.com .  Data kelahiran Anda secara otomatis akan terkonversi pada wuku tertentu.  Mitos Dewa Ares dan Bathara Yamadipati mempunyai kemiripan karakter yakni sama-sama berkarakter pencabut nyawa. Dewa Ares mencabut nyawa orang melalui pertempuran,

Minggu/Wuku Langkir, 26 Juli - 1 Agustus 2015: Pilihan waktu untuk Kebijakan Transmigrasi, Penjamasan Pusaka


Mpu Totok Brojodiningrat (didepan, dipayungi) memimpin ritual
Umbul Mantra Mbabar Pusaka Nuswantoro Gung
Candi Brau Trowulan, Peringatan 721 Tahun Majapahit


Kisah Simbolik Wuku Langkir


Senja. Kembang teratai putih berkemas menyembunyikan mekar kelopaknya, menandai terang bergantinya malam. Burung belibis berpisah dengan kekasihnya, ditingkah kegembiraan pepohonan dan rerambatan yang istirahat dari lelahnya seharian berlomba, berebut mencumbu sinarnya mentari.

Pada saat itu pula Dewi Uma istri Batara Guru penguasa Kahyangan nyidham kawoworan (ingin yg teramat sangat) tamasya bersama suami naik Lembu Andini, nganglang jagad membelah indahnya senja di angkasa raya. Sebagai suami yang penguasa Tribuwana, maka dikabulkanlah Pamothah (permintaan kurang lazim) sang istri. Walau sadar benar bahwa hari itu adalah jatuh pancasuda "Satriya Wirang" (mendapatkan malu yang besar).

Diatas Lembu Andini yang mengangkasa nampak jelas puncak puncak wukir/gunung. Seakan diiring lambaian cemara dari lereng gunung, kepak sayap burung merak yang pancawarna yang begitu indah mempesona. Ketika lentera raksasa yang merebahkan hangatnya di peraduan begitu terasa agung. Tiada habisnya keagungan karya Hyang Widhi bila hendak digambarkan. Ketika melintas diatas pulau Nusakambangan, semilir angin pawana jemarinya genit menyibakkan kain sutra Dewi Uma yang menerawang bagaikan rupa awan tipis terbentang menyelimuti bulan purnama.

Maka seketika terpampang pesona yg menggetarkan seluruh senar hati dibalik kain tipis Dewi Uma. Pahanya jenjang bagaikan buluh gading berkilau-kilau sampai betis, digamit cahaya lembayung senja nan manja. Ujung-ujung bulu lembut di betis sang Dewi Uma mampu membelah teratai hati Batara Guru hingga Gumregah Nandhang Kasmaran (seketika terbangun hasrat birahinya).

Bagaikan batin sang pengantin anyar menggigil mendayu dayu, menganyam lamunan cinta dalam jiwanya, mengawang awang dalam puncak rasa. Sungguh, hati Batara Guru bagaikan Pedupaan Timah yang meleleh dipanggang terik panasnya hasrat birahi yang maha dahsyat, ingin segera menuntaskan dirinya dalam Ulah Keharuman Cumbu rayu. Letak duduk Batara Guru dibelakang Dewi Uma kian mendekat ...dan kian merapat kedepan hingga bersentuhan kulit...dan membelai tubuh. Hasrat Batara Guru menggelegak mengalahkan panasnya dapur magma gunung merapi. Meradang dan panas, laksana dada perawan menyimpan cemburu.

Betapapun manis cumbu rayu dan kata kata yang Memanuhara (menghiba penuh cinta) dari Batara Guru yang begitu manis laksana endapan madu tawon liar hutan belantara, akan tetapi Dewi Uma tidak tergetar simpul-simpul tubuhnya untuk melayani suami dalam Ulah kridaning priya wanodya, karena pamali melakukan ditempat terbuka, apalagi diatas punggung Lembu (sapi) Andini.

Hasrat Batara Guru sudah tiada tertahankan lagi tuk dipasung, menggelegak dahsyat diantara tulang sulbi, menyemburlah lahar sperma Batara Guru tidak pada tempat Giri Kumolo (pintu gerbang rahim), akan tetapi jatuh disamudra luas. Benih atau Kama salah itu disebut "Sang Kendhang Gumulung", yaitu menjadi sepotong daging yang mampu membuat mendidih air samudera hinga menimbulkan Goro goro (huru hara yang luar biasa) di tribuwana.

Maka atas titah Batara Guru, para dewa diperintahkan untuk melenyapkan Sang Kendhang Gumulung dengan senjatanya masing masing:

  1. Hyang Brahma melepaskan senjata Surya Kantha. 
  2. Hyang Wisnu melepaskan senjata Cakra Baskara. 
  3. Hyang Bayu melepaskan senjata Gada Wesi Pulasari. 
  4. Hyang Indra melepaskan senjata Duduk. 
  5. Hyang Sambu melepaskan senjata Kolo Welang.  
  6. Hyang Panyarikan melepaskan senjata Kolo Rancang. 
  7. Hyang Pratanjala melepaskan senjata Karacan. 
  8. Hyang Surya melepaskan senjata Lukita sari. 
  9. Hyang Mahasekti melepaskan senjata Wastra Karacikan. 
  10. Hyang Yama melepaskan senjata Karareje. 
  11. Hyang Tamboro melepasakan senjata Wastra Wesi Akas. 
  12. Hyang Narada melepaskan senjata Nenggala.


Akan tetapi semua senjata pamungkas yang dilepas pada Kendhang Gumulung hancur meluluh menjadi organ tubuh, antara lain:
~ Senjata Brahma menjadi mata
~ Senjata Bayu menjadi Urat punggung
~ Senjata Indra menjadi tangan
~ Senjata Sambu menjadi Tulang Engsel
~ Senjata Panyarikan menjadi semua Urat
~ Senjata Pritanjala menjadi Rambut
~ Senjata Surya menjadi Betis
~ Senjata Mahasekti menjadi Jari
~ Senjata Temboro menjadi Sungsum
~ Senjata Narada menjadi Telapak kaki

Bathara Kala, Simbol Minggu/Wuku
Langkir
Kama salah yang sudah berujud sosok yang amat nggegirisi (mengerikan) itu keluar dari samudera berangkat ke Kahyangan menghadap Batara Guru yang sebenarnya adalah ayahnya.

Setelah menghadap Batara Guru dan para dewa, kemudian diterima sebagai anaknya, Batara Guru memberi pakaian dan senjata  Bedomo (gada), karena sang Kama salah termasuk golongan dewa maka rambutnya diparas dan diberi nama Batara Kala. Dan memotong lidah serta kedua taringnya yang sangat berbisa. Potongan lidah Batara Kala dicipta menjadi anak panah yang bedhornya Wulan Tumanggal (diberi nama Pasupati, kelak dianugerahkan kepada Arjuna ketika menjadi pertapa peparab* Begawan Ciptoning di wukir (gunung) Indrakila.

Taring kiri dicipta menjadi keris Kolodite yang kelak kemudian menjadi pusaka Adipati Karna. Potongan taring kanan dicipta menjadi keris bernama Kolonadah, kelak menjadi pusaka Arjuna.



Karakter Hari dalam Wuku Langkir

Wuku Langkir dalam minggu ini dipengaruhi oleh sifat Mongso Karo "Bantolo Rengko".
Durasi Wuku Langkir adalah tanggal 26 Juli 2015 (Minggu Legi) sampai dengan  1 Agustus 2015 (Sabtu Pon).


Karakter Hari dalam Minggu/Wuku
Langkir
Tanggal 26 Juli 2015 (Minggu Legi): Sangat baik untuk memulai bercocok tanam, cenderung mendulang panen yang menguntungkan. Juga baik untuk menanam modal dibidang pangan dan agrobisnis.

Tanggal 27 Juli 2015 (Senin Paing): Hari ini adalah Sampar Wangke (menyandung mayat). Seyogyanya tidak melakukan hubungan Sex. Jangan memotong/panen pohon bambu dan jenis pohon Surian atau yang bergetah, akan sangat mudah bubukan atau keropos karena dimakan sejenis hama thothor dan rayap. Jika bambu tersebut  dijadikan bangunan seperti usaha kandhang ayam maka akan mudah rusak dan ambruk. Tidak baik untuk melangsungkan nikahan/mantu. Jangan memulai membangun rumah, perhotelan, gedung perkantoran, tempat usaha dll, karena cenderung mendapat musibah keselamatan bagi penghuninya.

Tanggal 28 Juli 2015 (Selasa Pon): Baik untuk bepergian, untuk urusan bisnis baik. Berniaga akan banyak mendulang untung. Bayi yang terlahir pada hari ini banyak rejeki. Akan tetapi hati-hati, orang yang potensi berperkara akan sangat mudah kena tuduh pada hari ini.

Tanggal 29 Juli 2015 (Rabu Wage): Hari ini sangat baik untuk tirakat, energi yang didapat akan berlipat-lipat dari hasil tirakatnya dibandingkan dengan tirakat pada hari-hari lainnya. Waktu yang baik untuk bermawas diri.

Tanggal 30 Juli 2015 (Kamis Kliwon): Sangat baik untuk memulai membangun kehidupan, seperti mendaftar transmigrasi, memberangkatkan transmigrasi, memulai membuka lahan/ladang di tempat baru/lokasi transmigrasi. Baik untuk memulai usaha ternak, baik itu ternak berkaki empat maupun ternak berkaki dua. Untuk memulai usaha pangan juga baik.

Tanggal 31 Juli 2015 (Jumat Legi): Baik untuk melamar, baik untuk mencari jodoh/pasangan hidup. Tetapi tidak baik untuk melangsungkan Pernikahan atau punya hajad mantu, boyongan rumah dan lain sebagainya, karena hari ini Bangas Padewan. Untuk menanam tanaman pala kabrungkah atau palawija sangat baik. Memulai usaha pertanian juga baik. Hari ini sangat baik untuk menggauli pusaka/menjamasi pusaka tosan aji, seperti keris, tombak. Baik untuk mendapatkan/menyimpan keris, tombak dan pusaka tosan aji lainnya.

Tanggal 1 Agustus 2015 (Sabtu Pon): Baik untuk mendapatkan jodoh/pasangan hidup. Baik untuk melamar jodoh. Hari ini jika bertemu dengan teman masa lalu (Reuni) sangat potensi sekali terjadi hubungan asmara (Perasaan Lama Tak Kesampaian Kembali Bersemi). Akan tetapi segala langkah harus hati-hati, hari ini bertepatan Satriya Wirang (Mendapat malu besar atau dipermalukan).

Karakter Individu Terlahir Wuku Langkir


Wuku Langkir dewanya Batara Kala.
Kayunya: Cemara sol dan kayu Ingas. Disamping tidak bisa untuk menjadi pelindung juga sangat panas.
Burungnya: Gemak. Berani dan lancang. Buruk perangai dan tingkah lakunya sulit untuk dipercaya.
Langkir uripe sarwo oyod, artinya: Tidak mempedulikan lingkungan sekitar dan tidak mendengarkan masukan/nasehat yang baik.
Celakanya: Jika berkelahi dan kecurian.
Kolo/apes: berada di Tenggara menghadap Barat Laut. Selama 1 (satu) minggu individu yang berwuku Langkir sebaiknya tidak melakukan perjalanan jauh ke arah Barat Laut.

Keris yang cocok untuk individu yang terlahir dalam rotasi Wuku Langkir antara lain: Keris dapur Campur bawur, keris dapur Pudak Sategal, keris dapur Kebo Lajer, keris dapur Supono/Sempono Kinjeng.




----------------------
*Peparab: penyebutan nama untuk pertapa/resi/brhamana. Untuk prabu/ratu digunakan kata jejuluk; Ksatriya digunakan kata sesilih; Dewa digunakan kata bebisik; Raseksa digunakan kata preceko.  Contoh penggunaan: raja Amarta jejuluk prabu Yudistira. Satriya madukara sesilih raden Arjuna. Pendeta di Sokalima peparab Pendeta Durna. Dewa di Sidik pengudal-udal bebisik Batara Narada. Suatu kekayaan bangsa Indonesia, penyebutan nama sudah menandakan siapa yang dimaksudkan dari penyebutan tersebut.






Komentar

Baca Juga:

Minggu WUKU PAHANG DAN FILOSOFI KERIS, 18-24 Januari 2015

Minggu Wuku Gumbreg, 7 -13 Juni 2015, Turunnya Wahyu Kepemimpinan di Ratawu

Minggu WUKU KURUWELUT (25-31 Januari 2015): SATRIA WIRANG dan TALI WANGKE: 25-31 Januari 2015

Minggu/Wuku Wuye 27 September-3 Oktober 2015: Berpasangan Ideal dalam Pilkada dengan Landhep-Kuningan, Bercincin Sunkist Borneo

Minggu Wuku Kulawu, 12-18 April 2015, Hari Baik Memutuskan UU dan Penetapan Hukum

Minggu Wuku Marakeh, 1-7 Februari 2015, Saat Membongkar Bangunan

Profil Mpu Totok Brojodiningrat

Minggu Wuku Maktal, 22-28 Februari 2015, Kehati-hatian dalam Investasi

Minggu Wuku Julung Pujud, 11-17 Januari 2015: Tumbuhnya Generasi Paripurna

Minggu Wuku Manahil, 8-14 Maret 2015, Memulai Tanaman Bunga dan Bisnis Properti