|
Mpu Totok Brojodiningrat (maestro Pawukon) bersama Almarhum Idris Sardi Sang maestro biola di sebuah acara budaya di Library Fadli Zon (Jakarta) |
Kisah Simbolik Wuku Galungan
Batara Kamajaya dianugerahi berparas elok dan sangat tampan. Ia adalah insan berwajah paling tampan di Tribuana (Jagad Mayapada, Madyapada, dan Arcapada ). Bersama istrinya Batari Ratih/Kamaratih, pasangan suami istri itu menjadi simbol abadi kerukunan suami istri, serta dewa cinta kasih di jagad raya. Mereka amat kondang rukun, saling mencintai, tidak pernah bertengkar, saling setia satu sama lain, dan hanya ada pelangi cemburu yang teramat tipis. Istilah pepatah jawa "
Pindho mimi nedheng hamituna" (laksana binatang laut yang bernama mimi yang sedang hamaituna/bersetubuh).
|
Bathara Kamajaya,
Simbol Minggu/Wuku Galungan |
Batara Kamajaya adalah putra Sang Hyang Ismaya/Semar dengan dewi Senggani. Batara Kamajaya bersinggasana pada tumpukan untaian bunga bunga mekar mewangi di Kahyangan Cakrakembang. Ia memiliki pusaka ampuh yaitu senjata pamungkas berupa panah yang bernama
Kanjeng Kyai Ageng Pancawisya.
Batara Kamajaya pernah mengemban tugas dari Batara Guru rajanya Kahyangan untuk menganugerahkan wahyu
Cakraningrat kepada putera Arjuna yang bernama Raden Abimanyu/Angkawijayan sebagai pasangan wahyu Widayat/hidayat yang diturunkan oleh Batari Ratih kepada Dewi Utari istri Abimanyu.
Siapapun yang kadunungan/ketempatan kedua wahyu tersebut akan menurunkan raja-raja Gung binatara.
Suatu saat, keagungan Kahyangan Suralaya diserang oleh Bolo Bacingah/bala tentara raksasa dibawah panji kebesaran Sang Prabu Nilarudraka, yang memanfaatkan waktu dimana saat itu Batara Guru tidak ada ditempat karena sedang gentur tapa bratanya di puncak Gunung Kailasa. Para dewa tidak satupun yang mampu membendung amukan balatentara raksasa yang dipandegani oleh prabu Nilarudraka yang
sakti mandraguna mumpuni aji jaya kawijayan, guno kasantikan. Beberapa dewa mengungsi dan menyusul dipertapaan Batara Guru, dan berusaha matek
Aji Pameling untuk membangunkan Batara Guru dari tapa bratanya, namun gagal total semuanya.
Karena serbuan prabu Nilarudraka berniyat "
Sungsang Buwono Balik" (menghancur leburkan Kahyangan), dan ini mengancam keibawaan Batara Guru dan keseimbangan Tribuana, lalu Batara Kamajaya mengambil inisiatif guna menyelamatkan Kahyangan. Diambilnya senjata pamungkas yaitu panah sakti Pancawisaya, yang jika dilepas dampaknya ngedap edapi, daya perbawanya akan langsung menghujam tepat pada jantung perasaan yang terdalam dan menggetarkan seluruh senar hati yang getar dan gemanya bagai "
Brengenge Sadpada hangisep sarineng sekar" (kumandang sejuta lebah kasamaran yang berebut menghisap sari-sarinya bunga). Laksana dendang simfoni yang menawarkan manis madunya bercinta. Maka seketika itu Batara Guru
Katetangi Brantaning Ati (terusik dengan dahsyat endapan magma panas birahinya) dan terbangun dari tapa bratanya karena ampuhnya panah asmara Pancawisaya.
Konon,
bedhor (ujung) panah Pancawisaya di-
babar/dicipta dari tosan aji wesi
Mangambal, yang diambil dari unsur
wesi Jagad Kulon (arah barat), dan dibabar oleh Mpu Ramayadi dan Mpu Anggonjali, "
Nalika pande ono sak luhuring mego malang" (diatas awan putih berarak). Namun sungguh diluar dugaan, ternyata Batara Guru murka kepada Batara Kamajaya, karena tapa bratanya saat itu pada tataran/level
Heneng, Hening, Awas, Eling. Seketika dari mata ketiga Batara Guru, yaitu mata yang menghias di tengah tengah dahi, meluncur seleret/seberkas sinar ke biru-biruan
Sak Sodo Lanang (sebesar lidi daun aren), membakar tubuh Kamajaya dan dalam waktu sekejap saja tubuh Kamajaya menjadi abu, berserak diterbangkan angin
pawana.
Setelah Batara Kamajaya meninggal, Dewi Ratih hanyut dan timbul tenggelam dalam banjirnya airmata yang mengucur deras dari pelupuk matanya laksana hujan 40 hari 40 malam menyiram bumi tiada henti. Dengan tangan lemah memohon menghiba kepada Batara Guru agar sesegera mungkin ikut dibunuh supaya lekas bisa menyusul suaminya dan menyatu cinta dalam keabadian. Mendengar suara tangis Dewi Ratih yang mengisyaratkan ketulusan hati yang tidak mampu pisah dengan belahan sukmanya, luluhlah perasaan welas asih Batara Guru. Lalu dengan Tirta Amerta/Tirta Mahening Suci, yakni air penghidupan, Batara Kamajaya di-Ruwat elemen-elemen jatinya Kamajaya di
Sendang Panguripan pada hari
Sukra Abritan (Jumat Paing) Wuku Galungan untuk dihidupkan kembali karena cinta suci Dewi Ratih.
Kamajaya dan Kamaratih mendapatkan kehormatan tugas bersemayam di Singgasana jiwa laki laki dan wanita. Mematri dua bongkah logam hati yang berkilau pasangan kekasih, agar senantiasa indah abadi laksana kelopak mawar hutan yang merah merona dalam asuhan rembulan. Gelembung gelembung asmara selalu ditiupkan dalam hasrat cinta yang bergairah di setiap utas rambut pada tubuh suami isteri, …"bak untaian pesona ajaib Red Baron yang membara merahnya, bagai permata Bio Solar yang lembut dan sejuk tak ubahnya pantulan keagungan bulan purnama sidi, tebaran teduhnya ijo royo royo tak ubahnya hamparan kerikil batu Bacan di beranda paviliun hati para pecinta yang agung….."
Karakter Hari dalam Rotasi Minggu/Wuku Galungan
Wuku Galungan, lama durasi dari tanggal 12 Juli 2015 (Minggu Paing) ~ tanggal 18 Juli 2015 (Sabtu Pon).
|
Karakter Hari dalam Minggu/Wuku Galungan,
dan Posisi "Bathara Kala" |
Tanggal 12 Juli 2015 (Minggu Paing):
Tidak baik. Pantangan untuk melakukan sesuatu yang sangat penting, seperti Pernikahan/Punya hajad mantu, boyongan/pindahan rumah, pindahan kantor. Jangan memulai membangun rumah, membangun perhotelan, membangun gedung tempat usaha. Juga tidak baik untuk memulai tempat usaha. Karena hari ini bertepatan
Nuju Pati*.
*termasuk hari Golongan
Leluri:
Dhendan Kukudan: artinya hari yang sangat pantangan untuk segala keperluan penting. Pada hari minggu tersebut, terdapat karakter hari yang
sangar yaitu
Nuju Pati dan Dendhan Kukudan.
Tanggal 13 Juli 2015 (Senin Pon):
Hindari melakukan sesuatu yang penting, seperti pernikahan, boyongan rumah, memulai membangun tempat usaha, perhotelan, perkantoran dan rumah tinggal. Hari ini termasuk Golongan
Leluri: Dendhan Kukudan (Pantang untuk melakukan sesuatu yang penting)
Tanggal 14 Juli 2015 (Selasa Wage): Hari ini
Lebu Katiyuping Angin dan
Dhendan Kukudan. Jangan melakukan kegiatan yang sangat penting. Seperti Pernikahan, boyongan rumah, boyongan kantor, memulai membangun tempat usaha seperti perhotelan, tempat usaha dan rumah tinggal.
Tanggal 15 Juli 2015 (Rabu Kliwon): Hari ini adalah hari
Syarik Agung (Tulah Besar) gawatnya kelewat lewat. Juga bertepatan
Lebu Katiyup Angin dan
Kolo Tinantang. Jangan untuk memulai suatu usaha, jangan memulai suatu pekerjaan penting, sebaiknya menghindari perjalanan jauh, banyak halangan besar dan rawan terjadi kecelakaan baik didarat laut dan udara, semua pihak harus lebih exstra hati-hati pada hari ini.
Tanggal 16 Juli 2015 (Kamis Legi):
Sangat baik untuk menyimpan gabah, padi dan bahan makanan di logistik. Baik untuk menanam modal, baik untuk kongsi dagang, menjalin kerjasama urusan dagang sangat baik. Akan tetap untuk bepergian jauh
tidak baik.
Tanggal 17 Juli 2015 (Jumat Paing): Rahayu untuk melakukan perjalanan jauh. Untuk membongkar bangunan baik, begitu juga untuk perniagaan banyak mendulang untung.
Tanggal 18 Juli 2015 (Sabtu Pon): Baik untuk mencari orang hilang, cenderung lebih mudah diketemukan. Baik untuk menjalankan ilmu
Puter Giling (memanggil orang yang pergi tanpa meninggalkan pesan alias minggat). Untuk merekrut tenaga kerja baik.
Karakter Psikologis Individu "Galungan"
Wuku Galungan: simbol dewanya adalah dewa bumi (Batara Kamajaya).
Kayunya: Tangan, artinya lebih banyak mengerjakan sesuatu hal dengan tangannya.
Burungnya: Tido, keras hati. Menyukai miliknya sendiri walau itu buruk.
Wataknya: Dermawan dan cenderung boros. Tidak memiliki pendirian yang teguh.
Celakanya bila terlibat suatu perkelahian.
Kolo/apes: Berada di timur laut. Selama tujuh hari, individu terlahir dalam Wuku Galungan jangan melakukan perjalanan jauh ke arah Timur laut.
Keris untuk Individu "Galungan"
Keris yang cocok untuk wuku Galungan: keris dapur Jalak Sangu tumpeng, keris dapur Jalak Ngore, keris dapur Jalak Diding/Jinjing, keris dapur Jalak Tilam sari, keris dapur Condong Campur, keris dapur Panimbal.***
Komentar
Posting Komentar
Konsultasi/diskusi lebih lanjut, silahkan posting di kolom komentar