WangSit

Wuku Sinta Minggu Pahing 23 Oktober 2022 Kolaborasi Bisnis Peternakan

Gambar
Watugunung, gugur. Mitologi pawukon ( astrology ) kali ini akan membuka kembali pemaknaan atas rotasi waktu, karakter orang, dan karakter hari . Wuku Sinta adalah wuku ( zodiac ) pertama dalam siklus pawukon ( astrology ). Dalam urutan zodiak Yunani,  Wuku Sinta  setara dengan zodiak  Aries  yang menempati urutan pertama. ~ Manuskrip Pawukon ~ Masing-masing wuku juga mempunyai pasangan mitologis seperti halnya zodiak. Mitologi Yunani kuno menyatakan, zodiak Aries berpasangan dengan Dewa Ares, sedangkan mitologi pawukon memberikan gambar-gambar simbolik bahwa wuku Sinta berpasangan dengan Bathara Yamadipati.  Untuk mengetahui tanggal kelahiran Anda termasuk dalam siklus Wuku Sinta atau tidak, Anda bisa menghitung sendiri melalui situs  BabadBali.com .  Data kelahiran Anda secara otomatis akan terkonversi pada wuku tertentu.  Mitos Dewa Ares dan Bathara Yamadipati mempunyai kemiripan karakter yakni sama-sama berkarakter pencabut nyawa. Dewa Ares mencabut nyawa orang melalui pertempuran,

Wuku Sinta Selasa Wage 25 Oktober 2022 Mengatasi Hama di Sawah, Diagnosa Penyakit Pasien

Hari Selasa tanggal 25 Oktober 2022 memasuki lorong waktu: Selasa Wage Wuku Sinta. Apakah makna hari ini bagi orang yang kelahiran Selasa Wage Wuku Sinta

Bagaimana orang yang tidak terlahir pada hari Selasa Wage Wuku Sinta memaknai karakteristik hari ini guna melakukan refleksi-diri dan tindakan komunikatifnya?

~ Manuskrip Pawukon Wuku Sinta ~

Mitologi Zodiak atau Wuku Sinta 

Watugunung, gugur. Mitologi pawukon (astrology) kali ini akan membuka kembali pemaknaan atas rotasi waktu, karakter orang, dan karakter hariWuku Sinta adalah wuku (zodiac) pertama dalam siklus pawukon (astrology). Dalam urutan zodiak Yunani, Wuku Sinta setara dengan zodiak Aries yang menempati urutan pertama.

Masing-masing wuku juga mempunyai pasangan mitologis seperti halnya zodiak. Mitologi Yunani kuno menyatakan, zodiak Aries berpasangan dengan Dewa Ares, sedangkan mitologi pawukon memberikan gambar-gambar simbolik bahwa wuku Sinta berpasangan dengan Bathara Yamadipati

Untuk mengetahui tanggal kelahiran Anda termasuk dalam siklus Wuku Sinta atau tidak, Anda bisa menghitung sendiri melalui situs BabadBali.comData kelahiran Anda secara otomatis akan terkonversi pada wuku tertentu.

Dewi Sinta dan Bathara Yamadipati

Mitos Dewa Ares dan Bathara Yamadipati mempunyai kemiripan karakter yakni sama-sama berkarakter pencabut nyawa. Dewa Ares mencabut nyawa orang melalui pertempuran, sedangkan Bathara Yamadipati mencabut nyawa siapapun yang sudah tiba waktunya.

Dewa Ares adalah putra Zeus dan Hera. Dewa Ares adalah dewa perang dan merepresentasikan semangat juang dan kekerasan seseorang dalam pertempuran, sedangkan Bathara Yamadipati adalah bathara atau dewa pencabut nyawa, dewa penjaga neraka, dewa berwujud raksasa, dan merepresentasikan seseorang yang menghormati perempuan yang setia terhadap pasangannya (setelah Bathara Yamadipati mengalami kekecewaan dalam kisah cintanya di masa lalu).

"Bathara Yamadipati adalah putra dari Sang Hyang Ismaya (Semar) dengan Dewi Sanggani. Bathara Yamadipati merupakan raksasa dari golongan dewa yang dikenal dengan nama dewa kematian, hal itu dikarenakan Bathara Yamadipati mengemban tugas sebagai dewa pencabut nyawa dan dewa penjaga neraka. Bathara Yamadipati tinggal di Khayangan Hargadumilah bersama istrinya Dewi Mumpuni namun saat bertugas Bathara Yamadipati berada di Yamaloka (Neraka) dan dibantu oleh balatentaranya yaitu makhluk yang disebut Kingkara. Kingkara sendiri dalam pewayangan tidak digambarkan dalam rupa wayang, akan tetapi diceritakan Kingkara adalah balatentara penjaga neraka yang jumlahnya milyaran serta berfisik seperti siluman setengah manusia berwarna putih, bersayap, raut muka tanpa ekspresi dan yang paling gampang dikenali matanya hitam legam seluruhnya tanpa ada putih mata."   

"Di sisi lain, dewa kematian Batara Yamadipati memiliki kekecewaan terhadap kisah cintanya di masa lalu. Yamadipati kecewa dengan Dewi Mumpuni yang mengkhianati Yamadipati. Dewi Mumpuni berpaling dengan pemuda bernama Nagatatmala. Dikisahkan bahwa Bathara Guru memberi anugerah untuk Yamadipati berupa sebuah pernikahan dengan anaknya, Dewi Mumpuni. Oleh karenanya, Dewi Mumpuni tidak mencintai Yamadipati dan berpaling ke pemuda lain. Pengkhianatan yang dilakukan Dewi Mumpuni membuat Yamadipati berjanji akan memberikan anugerah bagi istri yang setia pada suaminya." (Diah Putri Maharani, Kajian Semiotika pada Pertunjukan Savitri oleh Teater Koma, 2022). 

Bathara Yamadipati

Perbedaan simbol antara zodiak Aries dan wuku Sinta adalah zodiak Aries disimbolkan dengan Domba jantan berbulu emas, sedangkan wuku Sinta disimbolkan dengan wayang Dewi Sinta dan Bathara Yamadipat. Simbol zodiak dalam mitologi Yunani kuno berorientasi pada simbol hewan, sedangkan simbol wuku berorientasi pada kisah wayang purwa atau wayang kulit pertama dan tertua.

Pawukon secara otentik berawal dari gambar yang pernuh simbol. Gambar simbolik itu merangkum pola perhitungan matematika dan aritmatik tentang siklus hari yang ajeg, baik menurut kalender Jawa maupun kalender Bali. 

Perbedaannya adalah pemaknaan atas pawukon Jawa telah lepas dari ajaran agama, sepenuhnya bebas menjadi diskursus praktis, diskursus metafisika, diskursus wayang, dan bahkan diskursus filsafat. Sedangkan pawukon Bali atau disebut pewarigaan sangat terhubung dengan ajaran keagamaan Hindu-Bali, sehingga pawukon Bali (pewarigaan) digunakan dalam kehidupan upacara keagamaan dan kehidupan sehari-hari. 

Blog pawukon ini memilih untuk memaknai simbol-simbol gambar pawukon Jawa, merefleksikan pengetahuan wariga dari Bali, tetapi tidak terhubung mendalam dengan ajaran agama Hindu-Bali, sehingga simbol Bathara atau Dewa pada gambar pawukon Jawa ini lebih merujuk pada diskursus wayang daripada diskursus ajaran agama Hindu Bali. Dalam simbol pawukon dari Wuku Sinta Anda bisa menafsir posisi Dewi Sinta duduk-bersimpuh menghadap Bathara Yamadipati. 

Makna Simbol Zodiak atau Wuku Sinta

Tepat pada tanggal 23 Oktober ~ 29 Oktober 2022 lorong waktu telah membuka jalan baru bagi interaksi secara simbolik antara Dewi Sinta dan Bathara Yamadipati, yang mencipta alam bawah sadar manusia yang dipengaruhi oleh mitologi karakter Bathara.

Makna simbolis dari gambar Wuku Sinta tertuju pada dua alamat:

  • Pertama, simbol Wuku Sinta tertuju pada orang yang terlahir mulai dari hari Minggu Pahing sampai dengan Sabtu Pon yang berada dalam siklus Wuku Sinta
  • Kedua, simbol Wuku Sinta tertuju pada orang yang tertarik untuk merencanakan aktivitas tertentu setelah mempertimbangkan karakter hari dan menyadari pentingnya untuk melakukan tindakan komunikatif dengan orang lain.

Karakter Orang Kelahiran Selasa Wage Wuku Sinta

Orang yang terlahir pada wuku Sinta cenderung mempunyai karakter seperti mitos Dewi Sinta yang dipengaruhi oleh karakter Bathara Yamadipati. 

Pertama, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol Dewi Sinta duduk-bersimpuh di hadapan Bathara Yamadipati. Gambar ini menyiratkan secara simbolik bahwa karakter orang yang terlahir dalam rotasi wuku Sinta terserap dalam karakter Dewa kematian atau Dewa pencabut nyawa. Anda yang terlahir dalam rotasi wuku Sinta mempunyai kemampuan melalui ucapan maupun tindakan tertentu untuk untuk menghilangkan peluang, kesempatan, pekerjaan, posisi/kedudukan dan bahkan nyawa orang lain. Sikap Dewi Sinta duduk-bersimpuh di hadapan Bathara Yamadipati menyiratkan bahwa meskipun karakter Anda tega dan tegas seperti Bathara Yamadipati, karena pengalaman-psikis pernah ditolak cinta, maka alam bawah sadar Anda justru menghormati perempuan yang setia pada pasangannya.

Kedua, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol pohon di belakang Dewi Sinta. Pohon ini dinamakan secara simbolis: kayu Gendhayakan. Entah sebutan apa yang tepat untuk pohon Gendhayakan ini dalam ilmu pengetahuan biologi dan botani. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir pada Wuku Sinta mampu menjadi pelindung bagi orang yang sedang menderita penyakit. 

Ketiga, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol burung gagak hitam. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai kepekaan terhadap wangsit atau pertanda alam.

Keempat, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat posisi Bathara Yamadipati yang bersanding dengan bangunan gedung (gedhong) kecil di kakinya (pada versi gambar pawukon lain, gambar gedhong digantikan oleh gambar mirip cawan emas). Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta cenderung menunjukkan keberhasilan atas pencapaian kerja, aset atau harta lainnya.

Kelima, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat umbul-umbul yang dipegang oleh Bathara Yamadipati. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai kemuliaan dalam hidupnya.

Keenam, gambar pawukon Wuku Sinta diinterpretasi secara populer dengan pemaknaan Wulan Karahinan. Situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat memaknai istilah Wulan Karahinan sebagai bulan yang masih nampak di siang hari. Gambar Wuku Sinta nampak seolah berada dalam suasana siang hari dan Dewi Sinta bagaikan bulan di siang hari. Makna simboliknya adalah, orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai tekad yang kuat dan pantang menyerah (kenceng budine ora bisa sareh). Anda bisa mendengarkan lagu Gendhing Wulan Karahinan yang dibunyikan dengan menggunakan gangsa atau gamelan Kanjeng Kiai Madumurti pada situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ketujuh, gambar pawukon Wuku Sinta diinterpretasi secara populer dengan pemaknaan bilahine setengah tuwa. Istilah "bilahi" bersumber dari bahasa Sansekerta yang artinya "halangan" atau "aral melintang". 

Kisah mitologi Dewi Sinta pada usia paruh baya mengalami dilema. Dewi Sinta baru mengetahui bahwa Watugunung yang menjadi suaminya ternyata adalah anaknya sendiri yang pernah ia pukul memakai alat pengaduk nasi karena Watugunung hobinya makan (rakus) di masa kecil dan minggat dari rumah, setelah dipukul ibunya sendiri. Dewi Sinta berusaha keras menghentikan dilema perkawinan sedarah (incest) dengan anaknya, Watugunung, dengan cara meminta Watugunung menikah lagi dengan bidadari. Solusi yang ditawarkan Dewi Sinta pun dilematis karena Watugunung patuh melaksanakan permintaan poligami itu, tetapi tindakan Watugunung memicu perang dengan para Bathara. 

Makna simbolis secara keseluruhan adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mengalami krisis dalam kehidupan percintaan, setali tiga uang dengan kisah percintaan Bathara Yamadipati yang gagal menikahi anak Bathara Guru karena mungkin Bathara Yamadipati kurang ganteng dan glowing seperti artis Korea yang rajin operasi plastik.

Sang Pemangsa Waktu dan Karakter 7 (Tujuh) Hari Wuku Sinta

Masing-masing wuku (zodiak) dalam Pawukon (astrologi) mempunyai perlambang Bathara Kala sebagai Sang Pemangsa Waktu. Disingkat "Kala". Gambar pawukon Wuku Sinta menyediakan simbol Kala yang terletak di pojok kanan atas dalam gambar wuku. 

Di dalam gambar perjalanan hari Wuku Sinta terdapat simbol-simbol 7 (tujuh) hari dalam rotasi Wuku Sinta, dimulai berturut-turut sejak hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at dan Sabtu. 

Sang "Kala" dan Karakter Hari

Makna simbolik dari gambar Karakter Hari dapat menjadi inspirasi atau panduan merencanakan aktivitas oleh orang yang terlahir dalam Wuku Sinta maupun tidak, sedangkan gambar Sang Pemakan Waktu (gambar raksasa Bathara Kala) hanya tertuju pada orang yang terlahir dalam Wuku Sinta sebagai pengingat dalam menjalani hari Minggu Pahing sampai dengan Sabtu Pon.

Posisi "Kala" berada di Timur LautOrang yang terlahir dalam Wuku Sinta mewaspadai perjalanan jauh ke arah Timur Laut. Renungkan ulang perjalanan jauh Anda. Gambar "Kala" dengan wajah biru tua, pada bagian pojok kanan atas, merupakan simbol arah perjalanan jauh yang sebaiknya dihindari atau ditunda selama tujuh hari berjalannya wuku (pitung dina aja marani prenahing kala). Ibarat Anda berjalan menemui simbol raksasa Bathara Kala berwajah biru. Teks pawukon menafsirkan simbol gambar ini dengan ungkapan "arah perjalanan yang dihindari adalah perjalanan menuju Timur Laut, menghadap Barat Daya" (jabung kala ana lor wetan madhep ngidul ngulon). 

Pesan-pesan simbolis ini mungkin belum tentu benar-secara-empirik, sehingga memerlukan interpretasi berdasar pengalaman hidup dari orang yang terlahir dalam Wuku Sinta. Pada tanggal 23-29 Oktober 2022 orang yang terlahir dalam Wuku Sinta disarankan menghindari perjalanan jauh menuju Timur Laut.

Karakter Hari Selasa (Anggara) Wage, 25 Oktober 2022

Simbol gambar dari hari Selasa Wage adalah batu hitam (dangudan hewan menjangan (wurukung). 

Makna untuk Orang yang terlahir dalam Wuku Sinta

  • Orang yang terlahir Selasa Wage Wuku Sinta berkarakter keras-tegas (dangu; disimbolkan dengan gambar batu hitam dalam gambar pawukon Jawa). Ia tegas dalam mengambil keputusan seperti memilah antara terang dan gelap. 
  • Selain itu, orang yang terlahir Selasa Wage Wuku Sinta selalu menyadari karakter dalam bawah sadarnya yang negatif seperti kelalaian, kealpaan dan ketaksengajaan (wurukung; disimbolkan dengan hewan menjangan dalam gambar pawukon Jawa). 
  • Orang yang terlahir Selasa Wage Wuku Sinta disarankan "mengambil keputusan dengan tegas sambil menyadari kelalalain dan kealpaannya". Mitos Dewi Sinta mengisyaratkan suatu sikap kelalaiannya ketika marah memukul anaknya, Watugunung, tetapi menyesal karena tak tahu bila suaminya adalah anaknya sendiri. Begitupula mitos Dewi Sinta ketika meminta Watugunung menikah lagi, supaya dirinya terbebas dari perkawinan sedarah, tetapi pencarian Watugunung untuk berpoligami berdampak perang antara Watugunung dan para Bathara.

Makna untuk Orang yang tidak terlahir dalam Wuku Sinta

  • Anda dapat mengambil keputusan dengan tegas, tetapi pikirkan juga bahwa ucapan dan tindakan Anda mungkin masih terdapat unsur kelalaian/kealpaan. Ibarat menjangan (wurukung) yang menghindari batu hitam (dangu) supaya tidak mengalami disorientasi kala merumput. 

Rencana Aktivitas 

Pawukon Jawa dan Pawukon Bali dapat menjadi inspirasi bagi Anda untuk merencanakan aktivitas pada hari Selasa Wage Wuku Sinta, tanggal 25 Oktober 2022.

  • Ekawara (Luang). Anda melakukan kegiatan refleksi-diri atas ucapan, tindakan dan perilaku selama ini. Lebih baik diam-hening sejenak daripada membicarakan kepribadian orang lain yang Anda nilai tidak bermoral.
    • Pewarigaan Bali menyatakan, hari ini baik untuk mengerjakan hal-hal yang sifatnya pribadi dan merupakan unsur vertikal antara ciptaan dan pencipta. Lebih baik diam dari pada membicarakan orang lain, karena baik maupun buruk bukan sepenuhnya kekuasaan kita untuk menentukannya. Anak yang lahir pada Ekawara Luang ini umumnya sulit ditebak wataknya. Mudah mempelajari hal-hal baru tetapi tidak pandai mengungkapkannya. Hatinya bimbang, mungkin terlalu banyak pertimbangan.
  • Dwiwara (Pepet). Anda melakukan kegiatan instropeksi atau koreksi terhadap diri-sendiri. Selaraskan kata hati untuk melakukan persuasi terhadap orang lain, dan bukan menguasai orang lain. 
    • Pewarigaan Bali menyatakan, Pepet artinya tertutup. Baik sekali untuk introspeksi. Mendekatkan diri kepada Tuhan dan merenungkan dulu kata-kata yang hendak diucapkan, agar tidak berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Pertimbangan hati akan lebih baik dituruti daripada nasehat orang. Kerjakan apa saja yang dapat dilakukan sendiri untuk melatih kemandirian dan kemampuan diri. Yang lahir pada hari ini pandai menyimpan perasaannya. Tidak mudah terombang-ambing dan tegas dalam menyikapi sesuatu.
  • Triwara (Kajeng). Anda melakukan kegiatan membenahi perabotan, peralatan, atau aset peralatan yang berkaitan dengan bisnis yang telah dijalankan.
    • Pewarigaan Bali menyatakan, Kajeng artinya tekanan yang tajam. Baik untuk buta-yadnya. Baik untuk mengerjakan hal-hal yang kaitannya dengan masa sekarang, misalnya membenahi dan merapikan perabot dan peralatan. Hindari memulai sesuatu yang baru, apa lagi jika dampaknya akan besar dan menyangkut banyak orang dalam waktu yang lama. Tingkatkan kewaspadaan karena kekuasaan alam dan faktor luar mengancam yang kurang berhati-hati. Jaga kesehatan dan keselamatan. Hindari menghamburkan uang untuk hal yang tidak perlu karena hari ini pertimbangan kita dalam menentukan yang perlu dan tidak perlu, sangat lemah. Yang lahir pada hari ini sifatnya humoris, pemaaf dan tidak mudah marah, tetapi kurang pandai berhemat. 
  • Caturwara (Jaya). Pewarigaan Bali menyatakan, Jaya artinya kemenangan atau unggul. Hari yang baik untuk para prajurit dan pamong praja. Hari ini peraturan dan ketertiban akan dipandang sebagai hal penting, perintah dan anjuran akan ditanggapi dengan hormat. Sebaliknya hari ini tidak baik untuk menyatakan janji karena kalau meleset tidak akan ada yang bisa melupakan dan memaafkan. Yang lahir pada hari ini beroleh gagah berani dan berwibawa. Harus lebih mendalami keagamaan dan banyak bergaul dengan orang bijak.
  • Pancawara (Wage). Pewarigaan Bali menyatakan, sifat pancawara ini sangat unik. Nenek moyang kita mengumpamakan sifat hari ini sebagai sifat binatang. Bukan martabat kebinatangannya yang ditekankan disini, tetapi sebagai pencerminan agar yang bersangkutan dapat menganalisa, merenung sifat dan laku masing-masing yang di depan cermin. Wage sifatnya seperti sapi. Menuruti apa pun yang diperintahkan penggembalanya, tetapi makanannya harus disediakan, manja. Marah jika terlalu sering dicambuk. Kalau sampai menanduk resikonya besar. Tidak terlalu memburu makanan. Kalau sudah makan lupa kepada saudara. Lurus tindakannya tetapi sering kena fitnah.
  • Sadwara (Wurukung). Pewarigaan Bali menyatakan, ditinjau dari petunjuk harinya, siklus ini rupanya menelaah sifat-sifat buruk yang sedang dominan.
    • Wurukung artinya ceroboh, tidak hati-hati. Hari ini mengandung sifat kecerobohan. Ceroboh, atau kealpaan adalah akibat dari berkurangnya kesadaran terhadap keadaan sekitar. Kesalahan-kesalahan akan sering terjadi hari ini, karena kelalalaian, ketaksengajaan atau kealpaan. Kecelakaan merugikan tidak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain atau kerabat. Semuanya hanya bisa dikurangi dengan kehati-hatian, tidak bisa dicegah karena karma akan selalu menentukan. Kurangi bermain dengan risiko dan hindarilah tindakan yang menyerempet bahaya. Hati-hati di jalan.
    • Wurukung artinya punah atau musnah. Hari ini ditunggu-tunggu oleh para peternak dan petani untuk membasmi hama atau pengganggu ternak dan tanaman (nangluk merana). Apa pun yang diharapkan agar tidak mengganggu lagi kehidupan kita, bisa dilakukan pada hari ini, seperti misalnya membasmi sarang nyamuk atau tikus rumah. Hindari mengobati pasien yang berpenyakit berat, sebelum diagnosis dan intuisi Anda benar-benar berniat untuk menyelamatkan mereka .
  • Saptawara (Anggara). Pewarigaan Bali menyatakan, hari ini hawanya panas dan meranggas. Seperti ranting yang kering dan merana. Sedikit saja tertiup angin, ia patah karena rapuh. Rasa lelah cepat sekali datang, meski nampaknya pekerjaannya biasa-biasa saja. Sayangnya jarang yang akan menghargai, apa lagi memuji hasil kerja kita nanti. Para seniman terancam kehilangan inspirasi. Para rohaniwan terancam kehilangan kesabaran.
    • Tetapi jangan berputus asa. Banyak jalan menuju ke Roma. Petani yang arif memusatkan perhatiannya kepada tanaman yang menghasilkan daun, karena tidak ada bunga dan buah yang bermutu hari ini. Seniman yang arif menata sanggarnya, inspirasi bisa datang lain hari. Niagawan yang arif menelepon teman-teman lama saling memberikan dorongan, saat bisnis jatuh lesu hari ini.
    • Anggara dilindungi oleh Hyang Rudra di arah barat daya, berbendera jingga memegang moksala. Jinga adalah campuran merah dan kuning, atau oranye. Moksala adalah semacam bumerang, yang akan kembali lagi kalau dilemparkan dengan teknik tertentu. Peringatan kepada kita untuk tidak sembarangan mengumbar kemarahan karena akan kembali kepada kita tidak kalah menyakitkan.
  • Sangawara (Dangu). Mengambil keputusan dengan tegas atas berbagai masalah, situasi dan peluang yang ada.
  • Dasawara (Raja). Anda bersikap sebagai pemimpin yang fokus pada persuasi, bukan hanya memerintah orang lain.
  • Ingkel (Wong). Jangan menyakiti orang lain meskipun keputusan Anda tegas.
  • Jejepan (Sato). Hari ini mungkin Anda berpikir dan bertindak untuk keseimbangan tubuh Anda, antara lain, menghindari penyakit dengan  mengurangi makan hewa berkaki empat.
  • Lintang (Jong Sarad). Anda bersikap mengalah, membantu orang lain, mencari jalan kemajuan, melakukan penyelidikan (inquiry) terhadap hal yang menarik secara pengetahuan, menyadari perasaan keras hati, tersinggung dan mudah cemburu agar berubah menjadi berani.
  • Watek Madya - Watek Alit (Watu-Lembu). Anda mungkin lebih tepat bekerja dalam diam (mitos watu) dan menghasilkan sesuatu (mitos lembu yang giat bekerja dan banyak menghasilkan susu).
  • Pancasuda (Lebu katiyup ing angin). Anda menyadari hari ini kemungkinan beberapa rencana aktivitas kurang maksimal dilakukan bagaikan debu tertiup angin.
  • Paarasan (Lakuning Bumi). Nyatakan sikap Anda untuk bermurah hati, mengampuni kesalahan diri maupun orang lain, dan melindungi orang lain dalam menyelesaikan urusan tertentu.
  • Rakam (Mantri sinaroja). Bila Anda sedang mempunyai rencana tampil di hadapan orang banyak, gali lebih dalam kharisma dan wibawa. Pancarkan secara halus tanpa dibuat-buat.

Seluruh rencana aktivitas ini bebas untuk Anda refleksikan sendiri dan selanjutnya dikonkretkan dalam tindakan komunikatif bersama orang lain. Nalar pawukon mayoritas menghasilkan rencana-rencana usaha berskala Desa dan perdesaan karena ilmu pengetahuan astrologi-pawukon ini lahir dari nalar Desa. 

Salah satu pesan utama dari Wuku Sinta Minggu Pahing ini adalah Anda membuat rencana aktivitas untuk mengambil keputusan secara komunikatif dan tegas untuk mencari penyelesaian masalah hama yang berdampak pada masalah pangan hingga diagnosa penyakit pasien secara lengkap, yang terjadi di Desa, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan dunia global.*




Komentar

Baca Juga:

Minggu Wuku Kurantil, 24-30 Mei 2015, Kehati-hatian Berniaga, Antisipasi "Nuju Pati"

Minggu WUKU KURUWELUT (25-31 Januari 2015): SATRIA WIRANG dan TALI WANGKE: 25-31 Januari 2015

Wuku Sinta Minggu Pahing 23 Oktober 2022 Kolaborasi Bisnis Peternakan

Minggu Wuku Manahil, 8-14 Maret 2015, Memulai Tanaman Bunga dan Bisnis Properti

Minggu Wuku Mandhasiya, 4-10 Januari 2015: Hindari Pecah-Belah dan "Provokasi", Teladani Wisanggeni

Minggu WUKU PAHANG DAN FILOSOFI KERIS, 18-24 Januari 2015

Wuku Prangbakat Tanggal 4-10 September 2022 Ketahanan Pangan

Minggu Wuku Wuye, 1-7 Maret 2015: Pantangan Impor Sapi, Perkuat Tali Persaudaraan

Minggu/Wuku Wuye 27 September-3 Oktober 2015: Berpasangan Ideal dalam Pilkada dengan Landhep-Kuningan, Bercincin Sunkist Borneo

Minggu Wuku Warigalit, 14-20 Juni 2015, Berburu Batu Akik dan Tirakat "Pilkada"