WangSit

Wuku Sinta Minggu Pahing 23 Oktober 2022 Kolaborasi Bisnis Peternakan

Gambar
Watugunung, gugur. Mitologi pawukon ( astrology ) kali ini akan membuka kembali pemaknaan atas rotasi waktu, karakter orang, dan karakter hari . Wuku Sinta adalah wuku ( zodiac ) pertama dalam siklus pawukon ( astrology ). Dalam urutan zodiak Yunani,  Wuku Sinta  setara dengan zodiak  Aries  yang menempati urutan pertama. ~ Manuskrip Pawukon ~ Masing-masing wuku juga mempunyai pasangan mitologis seperti halnya zodiak. Mitologi Yunani kuno menyatakan, zodiak Aries berpasangan dengan Dewa Ares, sedangkan mitologi pawukon memberikan gambar-gambar simbolik bahwa wuku Sinta berpasangan dengan Bathara Yamadipati.  Untuk mengetahui tanggal kelahiran Anda termasuk dalam siklus Wuku Sinta atau tidak, Anda bisa menghitung sendiri melalui situs  BabadBali.com .  Data kelahiran Anda secara otomatis akan terkonversi pada wuku tertentu.  Mitos Dewa Ares dan Bathara Yamadipati mempunyai kemiripan karakter yakni sama-sama berkarakter pencabut nyawa. Dewa Ares mencabut nyawa orang melalui pertempuran,

Wuku Sinta Senin Pon 24 Oktober 2022 Kolaborasi Bisnis Logam

Hari Senin tanggal 24 Oktober 2022 memasuki lorong waktu: Senin Pon Wuku Sinta. Apakah makna hari ini bagi orang yang kelahiran Senin Pon Wuku Sinta? Bagaimana orang yang tidak terlahir pada hari Senin Pon Wuku Sinta memaknai karakteristik hari ini guna melakukan refleksi-diri dan tindakan komunikatifnya?

~ Manuskrip Pawukon ~

Mitologi Zodiak atau Wuku Sinta 

Watugunung, gugur. Mitologi pawukon (astrology) kali ini akan membuka kembali pemaknaan atas rotasi waktu, karakter orang, dan karakter hariWuku Sinta adalah wuku (zodiac) pertama dalam siklus pawukon (astrology). Dalam urutan zodiak Yunani, Wuku Sinta setara dengan zodiak Aries yang menempati urutan pertama.

Masing-masing wuku juga mempunyai pasangan mitologis seperti halnya zodiak. Mitologi Yunani kuno menyatakan, zodiak Aries berpasangan dengan Dewa Ares, sedangkan mitologi pawukon memberikan gambar-gambar simbolik bahwa wuku Sinta berpasangan dengan Bathara Yamadipati. 

Untuk mengetahui tanggal kelahiran Anda termasuk dalam siklus Wuku Sinta atau tidak, Anda bisa menghitung sendiri melalui situs BabadBali.comData kelahiran Anda secara otomatis akan terkonversi pada wuku tertentu.

Dewi Sinta dan Bathara Yamadipati

Mitos Dewa Ares dan Bathara Yamadipati mempunyai kemiripan karakter yakni sama-sama berkarakter pencabut nyawa. Dewa Ares mencabut nyawa orang melalui pertempuran, sedangkan Bathara Yamadipati mencabut nyawa siapapun yang sudah tiba waktunya. 

Bathara Yamadipati

Dewa Ares adalah putra Zeus dan Hera. Dewa Ares adalah dewa perang dan merepresentasikan semangat juang dan kekerasan seseorang dalam pertempuran, sedangkan Bathara Yamadipati adalah bathara atau dewa pencabut nyawa, dewa penjaga neraka, dewa berwujud raksasa, dan merepresentasikan seseorang yang menghormati perempuan yang setia terhadap pasangannya (setelah Bathara Yamadipati mengalami kekecewaan dalam kisah cintanya di masa lalu):

"Bathara Yamadipati adalah putra dari Sang Hyang Ismaya (Semar) dengan Dewi Sanggani. Bathara Yamadipati merupakan raksasa dari golongan dewa yang dikenal dengan nama dewa kematian, hal itu dikarenakan Bathara Yamadipati mengemban tugas sebagai dewa pencabut nyawa dan dewa penjaga neraka. Bathara Yamadipati tinggal di Khayangan Hargadumilah bersama istrinya Dewi Mumpuni namun saat bertugas Bathara Yamadipati berada di Yamaloka (Neraka) dan dibantu oleh balatentaranya yaitu makhluk yang disebut Kingkara. Kingkara sendiri dalam pewayangan tidak digambarkan dalam rupa wayang, akan tetapi diceritakan Kingkara adalah balatentara penjaga neraka yang jumlahnya milyaran serta berfisik seperti siluman setengah manusia berwarna putih, bersayap, raut muka tanpa ekspresi dan yang paling gampang dikenali matanya hitam legam seluruhnya tanpa ada putih mata."   

"Di sisi lain, dewa kematian Batara Yamadipati memiliki kekecewaan terhadap kisah cintanya di masa lalu. Yamadipati kecewa dengan Dewi Mumpuni yang mengkhianati Yamadipati. Dewi Mumpuni berpaling dengan pemuda bernama Nagatatmala. Dikisahkan bahwa Bathara Guru memberi anugerah untuk Yamadipati berupa sebuah pernikahan dengan anaknya, Dewi Mumpuni. Oleh karenanya, Dewi Mumpuni tidak mencintai Yamadipati dan berpaling ke pemuda lain. Pengkhianatan yang dilakukan Dewi Mumpuni membuat Yamadipati berjanji akan memberikan anugerah bagi istri yang setia pada suaminya." (Diah Putri Maharani, Kajian Semiotika pada Pertunjukan Savitri oleh Teater Koma, 2022). 

Perbedaan simbol antara zodiak Aries dan wuku Sinta adalah zodiak Aries disimbolkan dengan Domba jantan berbulu emas, sedangkan wuku Sinta disimbolkan dengan wayang Dewi Sinta dan Bathara Yamadipat. Simbol zodiak dalam mitologi Yunani kuno berorientasi pada simbol hewan, sedangkan simbol wuku berorientasi pada kisah wayang purwa atau wayang kulit pertama dan tertua.

Pawukon secara otentik berawal dari gambar yang pernuh simbol. Gambar simbolik itu merangkum pola perhitungan matematika dan aritmatik tentang siklus hari yang ajeg, baik menurut kalender Jawa maupun kalender Bali. 

Perbedaannya adalah pemaknaan atas pawukon Jawa telah lepas dari ajaran agama, sepenuhnya bebas menjadi diskursus praktis, diskursus metafisika, diskursus wayang, dan bahkan diskursus filsafat. Sedangkan pawukon Bali atau disebut pewarigaan sangat terhubung dengan ajaran keagamaan Hindu-Bali, sehingga pawukon Bali (pewarigaan) digunakan dalam kehidupan upacara keagamaan dan kehidupan sehari-hari. 

Blog pawukon ini memilih untuk memaknai simbol-simbol gambar pawukon Jawa, merefleksikan pengetahuan wariga dari Bali, tetapi tidak terhubung mendalam dengan ajaran agama Hindu-Bali, sehingga simbol Bathara atau Dewa pada gambar pawukon Jawa ini lebih merujuk pada diskursus wayang daripada diskursus ajaran agama Hindu Bali. Dalam simbol pawukon dari Wuku Sinta Anda bisa menafsir posisi Dewi Sinta duduk-bersimpuh menghadap Bathara Yamadipati. 

Makna Simbol Zodiak atau Wuku Sinta

Tepat pada tanggal 23 Oktober ~ 29 Oktober 2022 lorong waktu telah membuka jalan baru bagi interaksi secara simbolik antara Dewi Sinta dan Bathara Yamadipati, yang mencipta alam bawah sadar manusia yang dipengaruhi oleh mitologi karakter Bathara.

Makna simbolis dari gambar Wuku Sinta tertuju pada dua alamat:

  • Pertama, simbol Wuku Sinta tertuju pada orang yang terlahir mulai dari hari Minggu Pahing sampai dengan Sabtu Pon yang berada dalam siklus Wuku Sinta
  • Kedua, simbol Wuku Sinta tertuju pada orang yang tertarik untuk merencanakan aktivitas tertentu setelah mempertimbangkan karakter hari dan menyadari pentingnya untuk melakukan tindakan komunikatif dengan orang lain.

Karakter Orang Kelahiran Senin Pon Wuku Sinta

Orang yang terlahir pada wuku Sinta cenderung mempunyai karakter seperti mitos Dewi Sinta yang dipengaruhi oleh karakter Bathara Yamadipati. 

Pertama, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol Dewi Sinta duduk-bersimpuh di hadapan Bathara Yamadipati. Gambar ini menyiratkan secara simbolik bahwa karakter orang yang terlahir dalam rotasi wuku Sinta terserap dalam karakter Dewa kematian atau Dewa pencabut nyawa. Anda yang terlahir dalam rotasi wuku Sinta mempunyai kemampuan melalui ucapan maupun tindakan tertentu untuk untuk menghilangkan peluang, kesempatan, pekerjaan, posisi/kedudukan dan bahkan nyawa orang lain. Sikap Dewi Sinta duduk-bersimpuh di hadapan Bathara Yamadipati menyiratkan bahwa meskipun karakter Anda tega dan tegas seperti Bathara Yamadipati, karena pengalaman-psikis pernah ditolak cinta, maka alam bawah sadar Anda justru menghormati perempuan yang setia pada pasangannya.

Kedua, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol pohon di belakang Dewi Sinta. Pohon ini dinamakan secara simbolis: kayu Gendhayakan. Entah sebutan apa yang tepat untuk pohon Gendhayakan ini dalam ilmu pengetahuan biologi dan botani. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir pada Wuku Sinta mampu menjadi pelindung bagi orang yang sedang menderita penyakit. 

Ketiga, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat simbol burung gagak hitam. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai kepekaan terhadap wangsit atau pertanda alam.

Keempat, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat posisi Bathara Yamadipati yang bersanding dengan bangunan gedung (gedhong) kecil di kakinya (pada versi gambar pawukon lain, gambar gedhong digantikan oleh gambar mirip cawan emas). Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta cenderung menunjukkan keberhasilan atas pencapaian kerja, aset atau harta lainnya.

Kelima, pada gambar pawukon Wuku Sinta terdapat umbul-umbul yang dipegang oleh Bathara Yamadipati. Makna simbolisnya adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai kemuliaan dalam hidupnya.

Keenam, gambar pawukon Wuku Sinta diinterpretasi secara populer dengan pemaknaan Wulan Karahinan. Situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat memaknai istilah Wulan Karahinan sebagai bulan yang masih nampak di siang hari. Gambar Wuku Sinta nampak seolah berada dalam suasana siang hari dan Dewi Sinta bagaikan bulan di siang hari. Makna simboliknya adalah, orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mempunyai tekad yang kuat dan pantang menyerah (kenceng budine ora bisa sareh). Anda bisa mendengarkan lagu Gendhing Wulan Karahinan yang dibunyikan dengan menggunakan gangsa atau gamelan Kanjeng Kiai Madumurti pada situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ketujuh, gambar pawukon Wuku Sinta diinterpretasi secara populer dengan pemaknaan bilahine setengah tuwa. Istilah "bilahi" bersumber dari bahasa Sansekerta yang artinya "halangan" atau "aral melintang". Kisah mitologi Dewi Sinta pada usia paruh baya mengalami dilema. Dewi Sinta baru mengetahui bahwa Watugunung yang menjadi suaminya ternyata adalah anaknya sendiri yang pernah ia pukul memakai alat pengaduk nasi karena Watugunung hobinya makan (rakus) di masa kecil dan minggat dari rumah, setelah dipukul ibunya sendiri. Dewi Sinta berusaha keras menghentikan dilema perkawinan sedarah (incest) dengan anaknya, Watugunung, dengan cara meminta Watugunung menikah lagi dengan bidadari. Solusi yang ditawarkan Dewi Sinta pun dilematis karena Watugunung patuh melaksanakan permintaan poligami itu, tetapi tindakan Watugunung memicu perang dengan para Bathara. Makna simbolis secara keseluruhan adalah orang yang terlahir dalam Wuku Sinta mengalami krisis dalam kehidupan percintaan, setali tiga uang dengan kisah percintaan Bathara Yamadipati yang gagal menikahi anak Bathara Guru karena mungkin Bathara Yamadipati kurang ganteng dan glowing seperti artis Korea yang rajin operasi plastik.

Sang Pemangsa Waktu dan Karakter 7 (Tujuh) Hari Wuku Sinta

Masing-masing wuku (zodiak) dalam Pawukon (astrologi) mempunyai perlambang Bathara Kala sebagai Sang Pemangsa Waktu. Disingkat "Kala". Gambar pawukon Wuku Sinta menyediakan simbol Kala yang terletak di pojok kanan atas dalam gambar wuku. 

Di dalam gambar perjalanan hari Wuku Sinta terdapat simbol-simbol 7 (tujuh) hari dalam rotasi Wuku Sinta, dimulai berturut-turut sejak hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at dan Sabtu. 

Sang "Kala" dan Karakter Hari

Makna simbolik dari gambar Karakter Hari dapat menjadi inspirasi atau panduan merencanakan aktivitas oleh orang yang terlahir dalam Wuku Sinta maupun tidak, sedangkan gambar Sang Pemakan Waktu (gambar raksasa Bathara Kala) hanya digunakan oleh orang yang terlahir dalam Wuku Sinta sebagai pengingat dalam menjalani hari Minggu Pahing sampai dengan Sabtu Pon.

Posisi "Kala" berada di Timur LautOrang yang terlahir dalam Wuku Sinta mewaspadai perjalanan jauh ke arah Timur Laut. Renungkan ulang perjalanan jauh Anda. Gambar "Kala" dengan wajah biru tua, pada bagian pojok kanan atas, merupakan simbol arah perjalanan jauh yang sebaiknya dihindari atau ditunda selama tujuh hari berjalannya wuku (pitung dina aja marani prenahing kala). Ibarat Anda berjalan menemui simbol raksasa Bathara Kala berwajah biru. Teks pawukon menafsirkan simbol gambar ini dengan ungkapan "arah perjalanan yang dihindari adalah perjalanan menuju Timur Laut, menghadap Barat Daya" (jabung kala ana lor wetan madhep ngidul ngulon). 

Pesan-pesan simbolis ini mungkin belum tentu benar-secara-empirik, sehingga memerlukan interpretasi berdasar pengalaman hidup dari orang yang terlahir dalam Wuku Sinta. Pada tanggal 23-29 Oktober 2022 orang yang terlahir dalam Wuku Sinta disarankan menghindari perjalanan jauh menuju Timur Laut.

Karakter Hari Senin (Soma) Pon, 24 Oktober 2022

Simbol gambar dari hari Senin Pon adalah batu hitam (dangu) dan orang bertelanjang dada yang merasa malu atau dipermalukan (satriya wirang).

Makna untuk Orang yang terlahir dalam Wuku Sinta. Orang yang terlahir Senin Pon Wuku Sinta berkarakter keras sekeras batu hitam (dangu). Ia tegas dalam mengambil keputusan seperti memilah antara terang dan gelap. Selain itu, orang yang terlahir Senin Pon Wuku Sinta cenderung melakukan perbuatan yang berakibat ia merasa malu atau ia dipermalukan oleh orang lain meskipun perbuatannya biasa-biasa saja (disimbolkan oleh orang yang bertelanjang dada, atau satria wirang). Orang yang terlahir Senin Pon Wuku Sinta disarankan "mengambil keputusan tanpa dipermalukan". Mitos Dewi Sinta mengisyaratkan suatu sikap tegas dan berani bohong untuk memutus mata rantai perkawinan sedarah, tetapi ia merasa malu karena telah menjalani kehidupan itu bersama suami yang sekaligus anaknya, Watugunung.

Makna untuk Orang yang tidak terlahir dalam Wuku Sinta. Anda dapat mengambil keputusan dengan tegas, tetapi pikirkan juga bahwa ucapan dan tindakan Anda akan memperoleh rasa malu atau dipermalukan oleh orang lain, atau sebaliknya.

Rencana Aktivitas 

Pawukon Jawa dan Pawukon Bali dapat menjadi inspirasi bagi Anda untuk merencanakan aktivitas pada hari Senin Pon Wuku Sinta, tanggal 24 Oktober 2022.

  • Ekawara (Luang). Anda melakukan kegiatan refleksi-diri atas ucapan, tindakan dan perilaku selama ini. Lebih baik diam-hening sejenak daripada membicarakan kepribadian orang lain yang Anda nilai tidak bermoral.
  • Dwiwara (Pepet). Anda melakukan kegiatan instropeksi atau koreksi terhadap diri-sendiri. Selaraskan kata hati untuk melakukan persuasi terhadap orang lain, dan bukan menguasai orang lain.
  • Triwara (Beteng/Waya). Anda melakukan kegiatan koreksi terhadap pikiran di masa lalu, memperbaiki komunikasi dengan orang lain, mengutamakan kegiatan permusyawaratan, perdagangan dan penyelesaian utang-piutang. 
  • Caturwara (Laba; simbolnya: Bathara Indra/Endra atau Bathara Kanwa). Anda dapat bisnis logam dan bahan buatan dari unsur logam, tapi kurang tepat untuk mengolah peralatan dari logam karena bahannya akan mengeras dan sulit dibentuk.
  • Pancawara (Pon). Belajar dari karakter kambing, Anda menjelajah wilayah secara terbatas untuk mencari peluang bisnis perdagangan logam dan lainnya, tetapi kendalikan rasa amarah selama proses transaksi.
  • Sadwara (Satriya Wirang). Anda selalu menyadari rasa dipermalukan atas segala keputusan, sehingga Anda perlu melatih meditasi atau tarik napas ketika firasat akan dipermalukan itu muncul dalam pikiran. Anda yang aktif dalam bisnis pertanian dan peternakan, sebaiknya menunda pembelian bibit karena akan sulit berkembang sesuai keinginan.
  • Sangawara (Dangu). Mengambil keputusan dengan tegas atas berbagai masalah, situasi dan peluang yang ada.
  • Dasawara (Pati). Anda bergerak secara dinamis setelah melakukan refleksi-diri. 
  • Ingkel (Wong). Jangan menyakiti orang lain meskipun keputusan Anda tegas.
  • Jejepan (Taru). Hari ini mungkin Anda berpikir dan bertindak untuk keseimbangan lingkungan, antara lain, jangan menebang pohon.
  • Lintang (Kiriman). Anda bersikap ramah tamah, santun dan lakukan reframing atau membingkai kata-kata negatif dari orang lain menjadi kata-kata yang netral dari amarah.
  • Watek Madya - Watek Alit (Gajah-Lembu). Anda mungkin suka dengan kompetisi tetapi kompetisi itu bagian dari pekerjaan dan menghasilkan sesuatu (mitos lembu yang giat bekerja dan banyak menghasilkan susu).
  • Pancasuda (Sumur Sinaba). Anda mempunyai pengetahuan, ilmu pengetahuan, atau informasi yang mendalam, seperti sumur. Orang akan mencari Anda karena pendapat Anda selalu tepat, benar dan otentik.
  • Paarasan (Aras Tuding). Nyatakan sikap Anda untuk menerima penunjukan dalam hal pekerjaan, kepemimpinan organisasi, dan sebagai utusan/delegasi untuk menyelesaikan urusan tertentu.
  • Rakam (Demang Kandhuruwan). Bila Anda sedang mempunyai rencana pembentukan aturan, pembuatan kontrak/perjanjian dan/atau kesepakatan, maka hindari substansi hukum atau substansi perjanjian yang menimbulkan masalah baru.

Seluruh rencana aktivitas ini bebas untuk Anda refleksikan sendiri dan selanjutnya dikonkretkan dalam tindakan komunikatif bersama orang lain. Nalar pawukon mayoritas menghasilkan rencana-rencana usaha berskala Desa dan perdesaan karena ilmu pengetahuan astrologi-pawukon ini lahir dari nalar Desa. 

Salah satu pesan utama dari Wuku Sinta Minggu Pahing ini adalah Anda membuat rencana aktivitas untuk mengambil keputusan secara komunikatif dan tegas mengenai kolaborasi bisnis atau usaha logam antara Desa, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan dunia global.*




Komentar

Baca Juga:

Minggu Wuku Kurantil, 24-30 Mei 2015, Kehati-hatian Berniaga, Antisipasi "Nuju Pati"

Minggu WUKU KURUWELUT (25-31 Januari 2015): SATRIA WIRANG dan TALI WANGKE: 25-31 Januari 2015

Wuku Sinta Minggu Pahing 23 Oktober 2022 Kolaborasi Bisnis Peternakan

Minggu Wuku Manahil, 8-14 Maret 2015, Memulai Tanaman Bunga dan Bisnis Properti

Minggu Wuku Mandhasiya, 4-10 Januari 2015: Hindari Pecah-Belah dan "Provokasi", Teladani Wisanggeni

Minggu WUKU PAHANG DAN FILOSOFI KERIS, 18-24 Januari 2015

Wuku Prangbakat Tanggal 4-10 September 2022 Ketahanan Pangan

Minggu Wuku Wuye, 1-7 Maret 2015: Pantangan Impor Sapi, Perkuat Tali Persaudaraan

Minggu/Wuku Wuye 27 September-3 Oktober 2015: Berpasangan Ideal dalam Pilkada dengan Landhep-Kuningan, Bercincin Sunkist Borneo

Minggu/Wuku Langkir, 26 Juli - 1 Agustus 2015: Pilihan waktu untuk Kebijakan Transmigrasi, Penjamasan Pusaka